Pekanbaru, elaeis.co - Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di Provinsi Riau yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Riau pada Februari 2024 adalah 157,79. Terjadi kenaikan sebesar 0,77 persen dibanding NTP Januari 2024 sebesar 156,59. 

Hal ini disebabkan naiknya indeks harga yang diterima (It) petani sebesar 1,14 persen, sementara indeks harga yang dibayar (Ib) petani hanya naik sebesar 0,37 persen. 

"Kenaikan NTP di Provinsi Riau pada bulan Februari 2024 didorong oleh kenaikan pada 3 subsektor penyusun NTP," kata Kepala BPS Riau, Asep Riyadi dalam keterangan resminya, Jumat (1/3). 

Kenaikan NTP tertinggi terjadi pada subsektor hortikultura yang naik sebesar 1,43 persen. Menyusul subsektor tanaman perkebunan rakyat yang naik sebesar 0,87 persen, dan subsektor peternakan yang naik sebesar 0,32 persen. 

Sementara itu, NTP pada subsektor perikanan dan subsektor tanaman pangan mengalami penurunan masing-masing sebesar 1,09 persen dan 1,02 persen. 

Asep mengatakan bahwa kenaikan NTP Riau pada Februari 2024 ini tidak terlepas dari besarnya kontribusi kelapa sawit yang masuk dalam subsektor tanaman perkebunan rakyat sebagai komoditas utama di Provinsi Riau. 

"NTP tanaman perkebunan rakyat mengalami kenaikan indeks sebesar 0,87 persen pada Februari 2024. Hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks harga yang diterima sebesar 1,25 persen, sementara indeks harga yang dibayar petani hanya mengalami kenaikan sebesar 0,38 persen," katanya. 

"Kenaikan indeks harga yang diterima petani disebabkan oleh naiknya indeks harga kelompok Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 1,25 persen, khususnya kelapa sawit," imbuhnya. 

Meskipun demikian, dia mengatakan bahwa komoditas lain juga memiliki peran penting pada kenaikan NTP Riau pada bulan lalu.

Lebih lanjut, Asep mengatakan, pada Februari 2024, seluruh provinsi di Pulau Sumatera mengalami kenaikan NTP. Riau tercatat sebagai provinsi dengan kenaikan NTP terkecil se-Sumatera. 

Di mana kenaikan tertinggi terjadi di Bangka Belitung sebesar 2,81 persen, diikuti Sumatera Selatan sebesar 2,34 persen, Lampung sebesar 2,24 persen, Jambi sebesar 2,17 persen, Bengkulu sebesar 1,77 persen. 

Selanjutnya Sumatera Utara sebesar 1,09 persen, Sumatera Barat sebesar 1,05 persen, Kepulauan Riau sebesar 0,79 persen, serta Aceh dan terakhir Riau sebesar 0,77 persen.