Berita / Sumatera /
Belinya Terpaksa Ketengan, Mupuknya pun Pakai Sendok Makan
Petani di Kabupaten Tebo memakai pupuk impor karena pemakaiannya lebih irit. Foto: Ist.
Muara Tebo - Mahalnya harga pupuk menyebabkan banyak petani di Kabupaten Tebo, Jambi, tidak memupuk tanaman sawitnya. Kalaupun ada petani yang masih melakukan pemupukan, terpaksa harus mengurangi takaran untuk meringankan beban pengeluaran.
Arfan, petani sawit yang juga Sekretaris DPD Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Tebo, mengaku pusing tujuh keliling memenuhi biaya perawatan kebun. Jika tidak dipupuk, maka resikonya adalah penurunan produksi di masa mendatang.
“Harga pupuk setinggi langit, tak mau turun. Sementara harga sawit bergerak macam siput,” katanya, kemarin.
Menurutnya, harga pupuk NPK nonsubsidi di daerah itu sudah tembus Rp 825.000/zak.
“Petani tidak sanggup lagi membelinya karena harga sawit murah," katanya.
“Pupuk subsidi sebenarnya jauh lebih murah. Urea misalnya, saat ini masih sekitar Rp 210.000/karung. Tapi petani sawit tak lagi dapat jatah pupuk subsidi," ucapnya.
Dia sendiri mengaku saat ini terpaksa membeli pupuk dengan cara ketengan. “Saya pakai pupuk impor, asal Turki,” sebutnya.
Dia memakai pupuk tersebut bukan karena lebih murah, tapi karena pemakaiannya bisa diirit.
“Harganya 25.000/kg, mahal juga. Tapi pemakaiannya cuma satu sendok makan untuk satu pokok sawit. Kalau pupuk lokal, takarannya lebih banyak, jadi gak cukup kalau belinya cuma sekilo,” sebutnya.







Komentar Via Facebook :