https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

BBM Naik, Pemerintah Dinilai Kesampingkan Nasib Petani Sawit

BBM Naik, Pemerintah Dinilai Kesampingkan Nasib Petani Sawit

Tokoh masyarakat Bengkulu, Drs Razia Nova Gafoer. Foto: Ist.


Bengkulu, elaeis.co - Tokoh masyarakat Bengkulu, Drs Razia Nova Gafoer, mengkritik keputusan pemerintah menaikkan harga BBM. Presiden Jokowi dinilai tidak memikirkan nasib petani kelapa sawit di daerah.

Menaikkan harga pertalite dari Rp 7.650/liter menjadi Rp 10.000/liter, solar subsidi dari Rp 5.150/liter menjadi Rp 6.800/liter, dan pertamax dari Rp 12.500 menjadi Rp 14.500/liter menurutnya adalah kebijakan yang kurang tepat.

Dia yakin hal itu akan mempengaruhi daya beli petani kelapa sawit karena harga tandan buah segar (TBS) di tingkat petani belum begitu membaik. Rata-rata harga TBS kelapa sawit di tingkat petani masih di bawah Rp 1.500/kg.

"Naiknya harga BBM akan menyebabkan harga sejumlah komoditas pangan ikut naik. Itu bukanlah kebijakan yang tepat, akan berimbas ke harga pangan," kata Bang Nano, sapaan akrab Gafoer.

"Saya bingung dengan keputusan yang diambil Presiden Jokowi, kenapa bisa-bisanya menaikkan harga BBM di situasi dan kondisi yang tidak menentu saat ini," tambahnya.

Menurutnya, pemerintah boleh saja menaikkan harga BBM asalkan harga komoditas yang menjadi sumber penghasilan masyarakat seperti kelapa sawit juga ikut dinaikkan.

"Bengkulu ini kan paling banyak warganya jadi petani kelapa sawit. Kalau harga BBM naik tapi harga TBS tidak naik, tentu saja itu menyengsarakan petani," tandasnya.

Itu sebabnya dia meminta pemerintah segera membarengi kebijakan menaikkan harga BBM dengan menaikkan harga sawit.

"Beda cerita jika harga sawit di atas Rp 2.500/kg. Tapi kalau kondisi sekarang ini, dengan harga sawit yang masih rendah, ditambah harga BBM naik, daya beli akan turun," tukasnya.
 

Komentar Via Facebook :