Berita / Sumatera /
Antara Suwardi, Pintu Air dan Lahan Pertanian Desa Redang Itu
Wakil Ketua DPRD Inhu, Suwardi saat mencoba mesin penyemprot hama yang dia antar untuk petani di Desa Redang. foto: ist
Rengat, elaeis.co - Kalau misalnya banjir tak sekalipun mengelus lahan pertanian seluas 100 hektar di Desa Redang Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) Riau itu, bisa jadi tahun depan, produksi padi sawah dan palawija dari sana, meningkat.
Soalnya kekurangan yang selama ini dikeluhkan oleh petani, satu persatu sudah terpenuhi. Pintu air untuk mengairi sawah seluas 65 hektar misalnya, sudah dalam proses pembangunan.
Kemarin, petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Serumpun Jaya ini kebagian hand tracktor dan mesin penyemprot hama masing-masing dua unit.
Adalah Wakil Ketua DPRD Inhu, Suwardi Ritonga, yang terus-terusan mengupayakan kemudahan untuk para petani ini.
Upaya itu dia lakukan lantaran bagi kader Gerindra ini, Desa Redang punya potensi besar dalam peningkatan produksi pertanian di Inhu. Buktinya, saban tahun legislatif dan eksekutif, selalu panen raya di sana.
Soal upaya tadi, tak hanya kepada Pemkab Inhu yang juga serius mengurusi pertanian, dia lakukan, tapi juga kepada pemerintah pusat lewat seniornya Nurzahedi (Eddy Tanjung), yang anggota DPR RI asal Riau. Hasil dari pusat ya hand tracktor dan mesin penyemprot hama itu lah.
"Alhamdulillah semua sudah kita serahkan kepada kelompok tani itu kemarin. Saya ditemani perangkat desa dan tokoh masyarakat setempat," cerita Suwardi saat berbincang dengan elaeis.co, Senin (11/10).
Kepada para petani, Suwardi sangat berharap agar lahan pertanian itu tidak dialihfungsikan lantaran tergiur dengan komoditi lain yang saat ini harga jualnya sedang 'gurih'.
"Nanti kita akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk membuat aturan supaya lahan persawahan tidak dialih fungsikan menjadi lahan lain," ujarnya.
Ketua Kelompok Tani Serumpun Jaya, Dedi Irawan, sangat senang dengan apa yang sudah diupayakan oleh Suwardi.
"Kami sangat berterimakasih kepada beliau. Selama ini, kalau lagi kemarau, gabah kami jadi kurang bagus lantaran sering kekurangan air. Ke depan, insya Allah pengairan akan lancar oleh pintu air tadi," katanya.
Meski begitu, sesungguhnya kata Dedi, masih ada yang sampai sekarang di-was-was-kan petani. "Kami butuh tanggul untuk mengatasi masalah banjir yang sampai ke lahan kami. Mudah-mudahan Pak Suwardi tak bosan membantu kami," Dedi berharap.
Dedi kemudian merinci bahwa dari lahan sawah seluas 65 hektar tadi, mereka bisa mengusahai 35 hektar dan menghasilkan 70 ton gabah kering.
Sementara dari lahan palawijaya yang 35 hektar tadi, 15 hektar yang ditanami jagung bisa menghasilkan 70 ton.
Ada juga kacang kedelai yang ditumpangsarikan dengan jagung tadi. Hasilnya bisa 3 ton per hektar. "Itulah dulu kemampuan kami, belum bisa menanami semua lahan tadi. Dan tahun ini semua tanaman gagal total lantaran terendam banjir. Itulah makanya untuk makan saja kami sudah susah sekarang," keluhnya.







Komentar Via Facebook :