Berita / Serba-Serbi /
4 Hari Tertahan Dalam Kebun hingga TBS Sawit Membusuk, Pekerja Dasrin Mulai Geram!
Bentrok berdarah antara pekerja kebun Dasrin dengan suruhan PT DSI di Jalan Siak-Dayun, Minggu kemarin. Foto: tangkapan layar
Siak, elaeis.co - Pemilik kebun sawit di wilayah Kampung Dayun, Kecamatan Dayun, Siak, Riau, HM Dasrin Nasution, telah melakukan segala cara agar Tanda Buah Segar (TBS) kelapa sawitnya bisa diantarkan ke pabrik kelapa sawit. Namun upaya itu mendapat halangan dari orang-orang suruhan PT Duta Swakarya Indah (DSI).
Puluhan orang-orang yang diduga suruhan PT DSI menghadang setiap truk yang disewa Dasrin untuk mengantarkan TBS sawitnya ke pabrik. Orang-orang itu berjaga di pos jaga kebun sawit milik Dasrin.
“Saya sudah lakukan upaya persuasif secara langsung kepada orang-orang suruhan PT DSI di lapangan. Sejak beberapa hari sebelum sebelumnya, sampai kemarin jelang terjadinya bentrok itu,” kata HM Dasrin, Senin (15/5).
Upaya persuasif ini tidak dihormati orang-orang suruhan PT DSI. Bahkan Dasrin juga sudah melaporkan situasi dan kondisi itu ke Polres Siak. Termasuk kondisi TBS hasil panen pekerjanya yang dikira sudah mebusuk di dalam kebun.
“Kalau tidak segera dibawa ke pabrik, hasil panen sia-sia, pekerja tentu marah, belum lagi pihak pemilik truk terkurung di dalam. Banyak risiko sosialnya, para pekerja kami butuh makan untuk anak istrinya,” kata Dasrin.
Dasrin pun masih menahan-nahan pekerjanya agar portal jalan yang dijaga orang-orang suruhan itu dibuka. Tetapi pihak PT DSI yang menduduki pos jaga tetap tidak membuka portal. Sedangkan kondisi TBS semakin memburuk dan pekerja semakin lama berada di dalam.
“Karena portal tak kunjung dibuka makanya kami kawal bersama-sama truk kami melewati portal itu. Mereka menghadang dan tidak bisa bernegosiasi. Justru pihak DSI mengambil perlengkapannya, parang, tameng, ketapel dan lain-lain yang dapat mencelakai pekerja kami,” kata Dasrin.
Sedangkan pekerja Dasrin sendiri memegang kayu untuk berjaga-jaga. Setelah portal dibuka dan truk bisa lewat, pihak PT DSI menyerang dan bentrokan tak dapat dihindarkan.
“Padahal lokasi terjadinya bentrok di lahan saya. Saya sangat heran, ibarat saya punya rumah lalu orang lain yang memegang kuncinya, saat saya hendak keluar rumah dikunci pintunya sama orang lain, lalu saya jebol pintu itu, saya diserangnya di rumah saya sendiri. Itu yang saya rasakan,” kata dia.
Dasrin memohon kepada aparat, pemerintahan sebagai pengambil kebijakan agar dapat membantu penyelesaian permasalahan ini. Sebab ia khawatir jika bentrokan terjadi terus menerus yang mengarah ke persukuan.
“Pekerja saya rata-rata orang kita Nias, mereka tinggal bersama keluarganya di dalam perkebunan, mereka sekarang terganggu. Banyak tokoh -tokoh masyarakat Nias di Riau ini yang mempertanyakan masalah ini, informasi mereka terganggu ternyata sudah menyebar luas,” kata dia.
Dasrin meminta aparat kepolisian agar mengamankan jalur keluar masuk perkebunannya. Agar aktivitas masih bisa berlangsung dengan aman dan damai. Apalagi di dalam perkebunan itu tinggal anak-anak sekolah yang setiap hari melewati jalur keluar masuk tersebut.
“Kita juga tahu, orang-orang yang sewa PT DSI sebagai pasukan pengamanannya adalah orang-orang kita Flores. Saya tidak ingin nanti perkara ini terseret ke permasalahan suku bangsa, saya tidak sanggup membayangkannya. Saya sendiri menganggap semua suku bersaudara, jadi janganlah kita menumpahkan darah hanya gara-gara masalah ini. Untuk itu kita meminta agar portal kembali dibuka dan dijaga oleh pekerjanya. Supaya akses bagi masyarakat pekerja di dalam perkebunan lancar dan truk pengangkut TBS juga tidak terganggu," pungkasnya.







Komentar Via Facebook :