Berita / Nusantara /
Wow! Limbah Cair Sawit Bisa Gantikan Sekitar 1,1 Miliar Liter Solar
Pembangkit listrik tenaga biogas Sei Mangkei. foto: Pertamina
Jakarta, elaeis.co – Limbah cair pabrik kelapa sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME) menyimpan potensi besar sebagai sumber energi terbarukan. Alih-alih menjadi masalah lingkungan, limbah dari proses pengolahan tandan buah segar (TBS) sawit ini justru bisa diolah menjadi bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan.
Mengutip data yang disajikan IPOSS, potensi POME di Indonesia mencapai lebih dari 1,5 miliar meter kubik biomethane per tahun. Jumlah ini setara dengan sekitar 1,1 miliar liter solar, cukup untuk menopang sebagian kebutuhan energi sektor transportasi nasional.
Senyawa organik yang terkandung dalam POME bisa difermentasi secara anaerobik dalam biodigester untuk menghasilkan gas metana. Gas ini kemudian dimurnikan dan dikompresi menjadi biomethane atau Bio-CNG (Compressed Natural Gas).
Keunggulannya, pemanfaatan Bio-CNG tidak memerlukan infrastruktur baru yang rumit. Gas yang sudah dikompresi bisa langsung dikirim dalam tabung ke berbagai lokasi, mulai dari depo bus, armada logistik, hingga pembangkit listrik.
Sejumlah pabrik kelapa sawit di Indonesia sudah memanfaatkan biomethane dari POME untuk menggerakkan pembangkit listrik internal. Bahkan, energi ini dapat disalurkan melalui jaringan pipa gas milik PGN untuk menjangkau kawasan lain.
Tak hanya itu, POME juga berpotensi diolah menjadi bioavtur untuk bahan bakar pesawat. Teknologi ini membuka peluang baru bagi kemandirian energi di masa depan.
Selain menyediakan sumber energi, pemanfaatan POME juga berperan penting dalam menekan emisi gas rumah kaca. Studi memperkirakan pengurangan emisi bisa mencapai puluhan juta ton CO₂ ekuivalen per tahun jika seluruh potensi POME dimaksimalkan.
Sisa padatan dari proses pemurnian biomethane pun tidak terbuang percuma. Limbah tersebut bisa dijadikan pupuk organik, menambah nilai ekonomi bagi perkebunan sekaligus mengurangi beban lingkungan.
Meski peluangnya besar, tantangan tetap ada. Biaya pembangunan fasilitas pengolahan POME relatif tinggi, khususnya bagi perkebunan kecil. Selain itu, dibutuhkan standar kualitas biomethane yang jelas untuk menjamin keamanan dalam distribusi dan penggunaan sebagai bahan bakar.
Pemanfaatan POME menjadi biomethane dan bioavtur membuktikan bahwa limbah industri tidak selalu menjadi masalah. Dengan pengolahan yang tepat, limbah sawit justru bisa menjadi penopang energi bersih dan berkelanjutan di Indonesia.
Jika potensi 1,5 miliar meter kubik biomethane benar-benar dimaksimalkan, bukan tidak mungkin Indonesia bisa mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, sekaligus menjadikan limbah sawit sebagai aset strategis energi masa depan.







Komentar Via Facebook :