https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Warga TNTN Siap Ambil Langkah Tak Terduga, Pemerintah Harus Dengarkan

Warga TNTN Siap Ambil Langkah Tak Terduga, Pemerintah Harus Dengarkan

Abdul Azis, juru bicara warga TNTN.


Pekanbaru, elaeis.co – Konflik di Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) semakin kompleks, tapi warga yang tinggal di kawasan itu tak lagi pasif. 

Mereka mulai menyusun rekomendasi konkret untuk pemerintah pusat dan daerah, menegaskan bahwa konservasi hutan tak bisa hanya berarti menyingkirkan ribuan keluarga kecil.

“Kalau penegakan hukum hanya berlaku pada yang kecil, itu bukan konservasi. Itu ketidakadilan,” tegas Abdul Azis, juru bicara warga TNTN, Kamis (4/12). 

Di tingkat provinsi, persoalan TNTN digambarkan sebagai benang kusut yang diwariskan turun-temurun. 

Setiap kebijakan baru selalu bertubrukan dengan aturan lama, dan kepentingan politik ikut bermain, mulai dari izin-izin masa lalu, tekanan perusahaan besar, hingga kontestasi lokal.

Bahkan ada yang menyebut, konsesi HTI di sekitar TNTN tidak akan mudah disentuh karena ada struktur modal dan jaringan politik kuat di belakangnya.

Warga TNTN menyadari konflik ini tidak bisa dihadapi hanya dengan penolakan. Mereka merumuskan lima rekomendasi strategis. 

Warga TNTN menekankan perlunya revisi batas TNTN berdasarkan kondisi riil di lapangan, agar kawasan konservasi tidak meminggirkan pemukiman lama. Mereka juga mendorong redistribusi sebagian konsesi HTI yang tumpang tindih dengan koridor satwa dan kantong pemukiman. 

Selain itu, warga meminta skema perhutanan sosial bagi masyarakat yang telah menetap sebelum penetapan TNTN, untuk memastikan hak hidup mereka tetap terlindungi. 

Tak hanya itu, mereka menekankan pentingnya audit legalitas izin 13 perusahaan HTI oleh lembaga independen, agar tidak ada perusahaan yang “kebal hukum”. 

Warga juga menyerukan moratorium ekspansi HTI dan sawit skala besar di seluruh lanskap Tesso Nilo sebagai langkah jangka panjang untuk perlindungan hutan.

Abdul Azis menekankan, rekomendasi itu lahir dari pengalaman panjang hidup berdampingan dengan hutan dan satwa liar. 

“Kami bukan anti-konservasi. Kami ingin Tesso Nilo pulih, tapi bukan dengan cara mengusir keluarga kami dan membiarkan perusahaan besar rapi di balik pagar konsesi,” ujarnya.

Di lapangan, warga tetap bersiaga. Satgas PKH terus bergerak menertibkan kawasan, tapi lampu-lampu solar cell di kebun warga menyala satu per satu saat malam, seakan menjadi simbol bahwa perlawanan ini tidak akan berhenti dalam waktu dekat.

Situasi Tesso Nilo kini jauh melampaui sekadar sengketa lahan. Konflik ini menjadi ujian sejauh mana pemerintah mampu menyeimbangkan konservasi, keadilan sosial, dan kepentingan ekonomi. 

Dengan rekomendasi yang sudah tersusun rapi, suara warga TNTN jelas: pemerintah harus mendengar, sebelum langkah tak terduga mereka benar-benar dijalankan.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :