https://www.elaeis.co

Berita / Internasional /

Wamendag: Sawit Indonesia Makin Diminati Eropa

Wamendag: Sawit Indonesia Makin Diminati Eropa

Ilustrasi sawit (Inews)


Jakarta, Elaies.co - Indonesia dan European Free Trade Association (EFTA) kini mempunyai perjanjian perdagangan bebas. Negara-negara EFTA terdiri atas Islandia, Liechtenstein, Swiss, dan Norwegia.

Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga mengapresiasi negara-negara EFTA yang telah menandatangani perjanjian ekonomi Indonesia-EFTA-CEPA. Perjanjian ini menjadi peluang yang sangat positif terkait penerimaan produk minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) Indonesia. Selama ini, CPO diperlakukan berbeda dengan produk minyak nabati laindi Uni Eropa. 

Wamendag menilai penerimaan EFTA terhadap produk kelapa sawit Indonesia menunjukkan penolakan tidak dilakukan oleh semua negara Eropa. Dia menyebut, beberapa negara saja di Eropa yang kebetulan memiliki pengaruh di parlemen yang menghambat CPO.

“Lietchtenstein, Swiss, Norwegia dan Islandia menambah deretan negara-negara Eropa yang sebenarnya menerima kelapa sawit kita. Kalau kita bertemu dengan pemerintah maupun parlemen di banyak negara Eropa sebenarnya memang menunjukkan sambutan yang positif," kata Wamendag dikutip dari Inews, Sabtu (8/5).

Dengan tren ini, dia optimistis dengan perjuangan menghapus diksriminasi terhadap PO. Dia mendorong negara-negara Uni Eropa harus melihat persoalan sawit dengan obyektif dan proporsional. Kebutuhan minyak nabati semakin besar di seluruh dunia, sehingga tak semua sumber minyak nabati bisa memenuhi kebutuhan dengan efisien seperti sawit.

“Kalau kita menanam sumber minyak nabati lain seperti rapeseed, sebenarnya kebutuhan lahan dan dampak ekologisnya 6 kali lebih besar dari kelapa sawit. Jadi secara ekologis dan ekonomi tidak efisien. Justru kelapa sawit menjadi solusi yang tepat untuk itu.” katanya.

Wamendag menilai teknologi perkebunan, pemupukan, pengolahan air, pengolahan dan berbagai hal yang berkaitan dengan industri kelapa sawit terus berkembang. Ini membuat kelapa sawit akan makin efisien secara ekologis. Selain itu standarisasi produksi dan lingkungan kelapa sawit juga semakin ketat. 

“Jadi sebenarnya produk kelapa sawit kita itu sudah melewati berbagai standarisasi dan penjaminan mutu produk serta dampaknya dalam berbagai sisi. Banyak sertifikasi yang harus dipenuhi dan itu tidak mudah karena melibatkan berbagai Lembaga yang kompeten.” ucapnya.

Dia berharap parlemen dan eksekutif Uni Eropa melihat dengan kerangka yang lebih luas, bukan hanya dalam perspektif persaingan dagang. Dengan begitu, kelapa sawit justru memicu inovasi baru untuk menghasilkan minyak nabati yang makin baik dan murah.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :