Berita / Nasional /
Uni Eropa Telah Mengakui MSPO, Soal ISPO Indonesia Disebut 'Ketinggalan Kereta'
Ilustrasi - Bendera Uni Eropa. Foto: Reuters
Jakarta, elaeis.co - Uni Eropa resmi mengakui sertifikasi Minyak Sawit Berkelanjutan Malaysia (MSPO). Pengakuan ini sontak menempatkan Indonesia pada posisi yang serba sulit, karena Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) justru belum mendapatkan legitimasi serupa. Dalam bahasa sederhana, Malaysia sudah naik kereta cepat, sementara Indonesia masih sibuk membeli tiket.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono, blak-blakan menyebut masalah utama ada di tingkat kepemilikan sertifikasi. Hanya segelintir pelaku usaha dan petani sawit Indonesia yang sudah mengantongi ISPO.
“Baru sekitar 1% petani yang memenuhi standar tersebut,” kata Eddy, Selasa (15/9).
Kenyataan ini jadi tamparan, mengingat peran petani kecil di Indonesia sangat besar dalam rantai pasok sawit nasional.
Meski disebut 'ketinggalan kereta', Eddy Martono optimistis pangsa pasar sawit Indonesia di Uni Eropa tidak akan langsung tergerus. Pasalnya, sebagian besar eksportir sudah memiliki sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang memang diakui secara global.
“Selama ini kami ekspor dengan sertifikat RSPO ke Uni Eropa, artinya belum tentu pasar kita tergerus,” ujar Eddy.
Ketua Bidang Luar Negeri GAPKI, Fadhil Hasan, menyebut Malaysia patut diapresiasi karena konsisten memperjuangkan pengakuan MSPO di level internasional. Mereka juga berhasil melibatkan petani kecil agar tidak tertinggal.
“Kalau Malaysia sudah melakukan sertifikasi MSPO terhadap sumber petani kecil, kita belum. Baru sekitar 1% atau 2%. Jadi kita harus memperbaiki itu. Indonesia memang beberapa langkah di belakang,” tegas Fadhil.
Fakta bahwa baru 1% petani sawit Indonesia memiliki sertifikasi ISPO menjadi pekerjaan rumah yang tak bisa ditunda. Tanpa percepatan, sulit bagi Indonesia untuk meyakinkan Uni Eropa bahwa produknya benar-benar berkelanjutan. Apalagi, aturan ketat seperti EU Deforestation Regulation (EUDR) sudah menanti di depan mata.
Sebelumnya, Menteri Perkebunan dan Komoditas Malaysia, Datuk Seri Johari Abdul Ghani, menyebut pengakuan Uni Eropa terhadap MSPO adalah bukti nyata kepemimpinan Malaysia di sektor sawit berkelanjutan. Sertifikasi ini tak hanya bicara soal legalitas dan kepatuhan, tapi juga pelacakan digital hingga transparansi perdagangan.
“Pengakuan ini mempersempit persepsi berbeda dibanding standar global, meningkatkan kredibilitas, serta memberi insentif kuat bagi perkebunan maupun petani kecil,” ungkap Johari.







Komentar Via Facebook :