Berita / Nusantara /
Tradisi Ngaleut Ala Petani Sawit Trans Sunda di Kalbar Saat Sambut Lebaran
Para petani sawit trans di Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) yang berasal dari Provinsi Jawa Barat (Jabar) tetap mempertahankan tradisi ngaleut atau tradisi minum teh hangat, termasuk saat berlebaran
Pontianak, elaeis.co - Momen Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri selalu ditunggu umat Muslim di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, seusai menjalani puasa di bulan suci Ramadhan.
Dalam menyambut Lebaran, selalu ada hal-hal unik atau tradisi yang muncul atau disajikan oleh masyarakat berbagai suku di Indonesia.
Salah satunya adalah para petani sawit trans asal Jawa Barat (Jabar) yang dominan bersuku Sunda yang ada di berbagai kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar).
"Kalau kami tetap mempertahankan tradisi ngaleut," ujar Juwita Yandi, unsur Ketua DPD I Asosiasi Petani Kelapa Sawit PIR (Aspek-PIR) Indonesia Provinsi kalbar, kepada elaeis.co, Kamis (11/4/2024).
Kata dia, tradisi ngaleut atau disebut juga nyaneut adalah sebuah tradisi minum teh hangat yang sudah turun - temurun dilakukan sejak di kampung halaman mereka di Provinsi Jabar.
Perlu diketahui, provinsi yang pernah dipimpin oleh Ridwan Kamil tersebut memang dikenal sebagai sentra perkebunan teh terbesar di Indonesia.
"Jadi, kami yang petani sawit asal Jabar ini, baik yang sudah kaya atau masih biasa-biasa saja, tetap melaksanalan tradisi ngalut itu dalam berbagai momen, termasuk Lebaran," kata dia.
Juwita mengatakan, yang membedakan transmigran, termasuk yang menjadi petani sawit, asal Jabar dengan transmigran dari provinsi lainnya di Provinsi Kalbar adalah perkebunan teh dan tradisi minum teh tersebut.
"Di berbagai,kabupaten sentra sawit di Kalbar, petani sawit asal Jabar pasti memiliki 0,25 hektar atau bahkan sampai 0,75 hektar kebun teh di lahan atau halaman rumah kami," kata dia.
"Nah, bila sudah masanya, kami akan petik sendiri teh itu, disajikan dalam keadaan fresh kepada para tanu, termasuk saat tiba Lebaran," kata Juwita lagi.
Teh hangat itu, kata dia, disajikan lengkap dengan berbagai penganan yang sudah mengalami alkulturasi atau pencampuran dengan makanan atau cita rasa lokal.
"Yang sudah agak bercampur itu ya soal makanan. Maklumlah, kami audah berapa generasi di Kalbar ini. Berbaur lagi dengan suku lain seperti Jawa, Melayu, Dayak, dan suku lainnya," ucap Juwita.
"Kalau yang tetap dipertahankan itu ya tradisi ngeteh ini, atau tradisi ngaleut yang diketahui memang menyehatkan," tegas Juita Yandi.







Komentar Via Facebook :