https://www.elaeis.co

Berita / Internasional /

Tiongkok Kepincut Sawit hingga Walet Indonesia

Tiongkok Kepincut Sawit hingga Walet Indonesia

Ilustrasi - TBS kelapa sawit.


Jakarta, elaeis.co - Indonesia semakin menegaskan perannya sebagai pemain utama di panggung perdagangan pangan global. 

Dalam pertemuan resmi antara Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) RI, Sudaryono, dengan Wakil Menteri Pertanian dan Pembangunan Pedesaan Republik Rakyat Tiongkok, Maierdan Mugaiti, Tiongkok secara spesifik meminta jaminan pasokan crude palm oil (CPO) dari Indonesia.

“Pertemuan berjalan produktif. Pihak Tiongkok meminta kepastian suplai CPO, termasuk karet alam dan sarang burung walet,” ujar Sudaryono, akrab disapa Mas Dar, seperti dikutip dari laman Kementan.

Menurut Mas Dar, hal ini menunjukkan pengakuan dunia terhadap kualitas sawit Indonesia sebagai komoditas strategis. Pemerintah pun berkomitmen meningkatkan produktivitas untuk memenuhi kebutuhan domestik sekaligus ekspor.

“Tiongkok meminta kepastian pasokan jangka panjang. Mereka melihat kebutuhan minyak sawit di negaranya meningkat, sementara Indonesia adalah produsen terbesar dunia. Kami pastikan produktivitas sawit diperkuat untuk mendukung program energi B50 sekaligus menjaga suplai ekspor,” jelasnya.

Selain sawit, pembahasan bilateral juga mencakup peluang kerja sama di sektor karet alam, sarang burung walet, hortikultura unggulan, seperti durian, hingga komoditas peternakan. 

Data resmi Kementan menunjukkan, pada 2024 Indonesia mencatat surplus perdagangan pertanian dengan Tiongkok sebesar USD 1,77 miliar. Ekspor utama meliputi kelapa sawit (USD 2,72 miliar), sarang burung walet (USD 428 juta), karet (USD 363 juta), kelapa (USD 270 juta), dan kakao (USD 218 juta).

Mas Dar menekankan pentingnya akses pasar langsung. Selama ini, beberapa produk, seperti durian dan perunggasan, masuk ke Tiongkok melalui negara ketiga.

"Salah satu permintaan kita adalah akses pasar langsung, tanpa harus melalui negara lain, sehingga produk bisa langsung masuk Tiongkok,” ujarnya.

 

Selain perdagangan, kedua negara menjajaki kerja sama riset perberasan, termasuk pengembangan varietas unggul untuk lahan rawa dan pesisir berair payau. 

Mas Dar juga menilai, meski Indonesia sudah memiliki berbagai varietas padi unggul, pengalaman Tiongkok dalam memberi makan populasi besar dan menekan kemiskinan bisa menjadi pelajaran berharga.

“Kita ingin bekerja sama dengan siapa pun selama menguntungkan kepentingan nasional. Di sektor pertanian, kepentingan nasional kita adalah meningkatkan produksi, menekan impor, menambah ekspor, menambah devisa, dan menyejahterakan petani,” tegasnya.

Dengan minat Tiongkok terhadap sawit, karet, hingga sarang walet, Indonesia berada di posisi strategis untuk memperkuat ekspor komoditas unggulan. 

Kesempatan ini menjadi momentum bagi petani dan pelaku industri lokal untuk menunjukkan kualitas produk Indonesia sekaligus membuka jalan bagi akses pasar langsung ke negeri Tirai Bambu.

Momentum ini sekaligus menggarisbawahi pentingnya ketahanan dan keberlanjutan produksi. 

Pemenuhan permintaan ekspor Tiongkok bukan hanya soal kuantitas, tetapi juga kualitas, sertifikasi, dan praktik berkelanjutan yang menjadi jaminan daya saing Indonesia di pasar global.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :