https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Ternyata Produk Hilir Sawit Indonesia Masih Kalah Banyak dari Malaysia

Ternyata Produk Hilir Sawit Indonesia Masih Kalah Banyak dari Malaysia

Peneliti dari Tohoku University Jepang berkunjung ke Fakultas Teknik Universitas Indonesia. foto: Ist.


Jakarta, elaeis.co - Peneliti dari Tohoku University Jepang mengajak Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) melakukan transfer teknologi pengolahan Palm Fatty Acid Distilled (PFAD) ke industri sawit nasional.

Dekan FTUI, Prof Dr Heri Hermansyah, mengatakan, 
pihaknya menyambut baik tawaran kolaborasi ini. "Kami telah memiliki Technology Management Office yang akan membantu proses transfer teknologi dari paten yang ditawarkan mitra kami ini," katanya dalam keterangan tertulis, kemarin.

Menurutnya, FTUI juga membantu membuka jalan bagi peneliti Jepang itu untuk bertemu dengan pemerintah dalam hal ini Kementrian ESDM dan industri untuk kemitraan.

"Diharapkan ke depannya teknologi ini akan meningkatkan hasil produk dari perkebunan kelapa sawit nusantara yang baru memiliki 160-an produk hilir. Masih tertinggal dari Malaysia yang sudah memiliki 200-an produk turunan sawitnya,” sebutnya.

Prof Naomi Shibasaki-Kitakawa dan timnya dari Tohoku University, yakni Yuichiro Kanematsu PhD dan Kousuke Hiromori PhD, saat ini telah mendaftarkan paten teknologinya di Indonesia dan Malaysia.

“Paten yang kami miliki terkait teknologi pengolahan kelapa sawit. Terutama terkait dengan teknik produksi biodiesel proses dingin yang menghasilkan produk samping Vitamin E dan Super Vitamin. Paten dengan berbagai keunggulan dan inovasi ini diperkenalkan luas untuk mendapatkan mitra yang ingin turut serta mengembangkan paten teknologi pengolahan kelapa sawit,” jelas Naomi.

Selain berkunjung ke FTUI, Naomi dan tim juga mengunjungi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konversi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM dan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) untuk memperkenalkan dan meminta saran terkait paten miliknya dan rencana penerapan teknologi tersebut di Indonesia.

Dirjen EBTKE Kementerian ESDM, Dr Dadan Kusdiana, menyambut baik tawaran kerja sama ini. Kolaborasi yang baik antara tiga pihak, pemerintah, universitas dan industri akan sangat bermanfaat ke depannya bagi industri kelapa sawit Indonesia.

“Implementasi teknologi ini masih perlu melewati kajian keekonomian yang mendalam untuk dapat meyakinkan para investor kedepannya," tukasnya.

Bersama FTUI, Shibasaki dan tim juga melakukan kunjungan ke perusahaan kelapa sawit, Apical, dengan tujuan untuk penjajakan kerja sama penerapan teknologi. Lim Kian Guan, General Manager Refineries Operations Apical, mengungkapkan ketertarikannya atas teknologi tersebut.

“Kami akan proses langkah selanjutnya, seperti pengujian bahan baku dari Apical dan kajian keekonomiannya,” katanya.

PFAD merupakan produk samping yang dihasilkan dari proses pengolahan minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) menjadi RBDPO (Refined, Bleached, and Deodorized Palm Oil) pada refinery plant. Jumlah produk samping PFAD yang dihasilkan pada proses penyulingan (refining) CPO berkisar 4 persen dari CPO yang diolah.
 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :