Berita / Sumatera /
Tenaga Pemanen Sawit di Lampung Terus Berkurang, ini Penyebabnya
Diskusi Sawit dengan tema Ancaman Hilangnya Tenaga Pemanen Sawit. foto: ist.
Lampung, elaeis.co – Meski kontribusinya besar, harus diakui bahwa produktivitas lahan milik petani sawit masih jauh di bawah produktivitas lahan milik perusahaan. Selain itu, kebun rakyat juga rawan kekurangan tenaga kerja karena minimnya minat generasi muda.
Atas dasar itulah Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung mengadakan kegiatan Diskusi Sawit dengan tema Ancaman Hilangnya Tenaga Pemanen Sawit.
Acara tersebut didukung oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) dan perusahaan lainnya di Lampung. Kegiatan ini diharapkan bisa meningkatkan produktivitas lahan milik petani swadaya ke depannya.
Lampung tidak hanya dikenal sebagai penghasil pisang dan gula tapi kini sawit juga dikenal sebagai penghasil sawit. Artinya produksi sawit di Lampung turut berkontribusi terhadap produksi nasional. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa produksi kelapa sawit dari perkebunan rakyat di Lampung pada tahun 2023 sebesar 209,3 ribu ton. Bahkan produk turunan kelapa sawit, seperti crude palm oil (CPO), juga menjadi salah satu komoditas ekspor utama dari Lampung.
“Komoditas ini bukan hanya menjadi andalan ekspor, tetapi juga sebagai penopang ekonomi daerah dan sumber penghidupan ratusan ribu masyarakat, baik petani mandiri maupun pekerja sektor perkebunan,” jelas Asisten Perekonomian dan Pembangunan Provinsi Lampung, Dr. Mulyadi Irsan, dalam keterangan resmi dikutip Selasa (29/7).
"Namun, tantangan besar kini tengah kita hadapi. Diantaranya yakni terjadinya penurunan signifikan tenaga kerja pemanen kelapa sawit di berbagai daerah, termasuk di Lampung,” dia menambahkan.
Di sejumlah wilayah, lanjutnya, penurunan tenaga pemanen terjadi terutama dalam beberapa tahun terakhir ini. Jika tidak ditangani secara sistematis, hal ini dapat berdampak serius terhadap keberlangsungan produksi dan stabilitas industri sawit nasional.
Penyebabnya beragam. Menurut Irsan diantaranya yakni dimulai dari perubahan minat generasi muda terhadap pekerjaan lapangan, minimnya pelatihan vokasi, hingga belum optimalnya sistem insentif dan perlindungan tenaga kerja di sektor ini.
Dia menekankan bahwa Pemerintah Provinsi Lampung memiliki komitmen yang kuat untuk membangun sektor pertanian dan Perkebunan yang berkelanjutan dan inklusif. Salah satu prioritas utama adalah penguatan sumber daya manusi sebagai penggerak utama produktivitas disektor-sektor strategis termasuk sawit.
“Untuk itu saya menyambut baik kegiatan ini sebagai momentum menyatukan langkah lintas sektor,” jelas Irsan.
Diantara solusi untuk mengatasi kekurangan SDM pemanen adalah meningkatkan pelatihan dan vokasi tenaga kerja pemanen sawit berbasis kompetensi dan teknologi terkini. Lalu, menyusun kebijakan perlindungan dan kesejahteraan tenaga kerja, agar sektor ini kembali diminati oleh generasi muda.
Ketiga, mendorong adopsi mekanisasi dan inovasi teknologi pemanen guna menjaga produktivitas meski di tengah tantangan tenaga kerja. Keempat memperkuat sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, asosiasi dan petani, agar keberlangsungan industri sawit tetap terjaga.
“Masa depan sawit Lampung dan Indonesia sangat bergantung pada sejauh mana kita bisa menjaga keberlanjutan tenaga kerjanya. Ini bukan hanya soal ekonomi, tapi juga soal ketahanan pangan energi dan sosial. Oleh karena itu, saya mengajak seluruh pihak untuk bergerak bersama merancang langkah konkret dan inovatif, agar sawit tetap tumbuh, rakyat tetap sejahtera dan Lampung tetap menjadi kekuatan agribisnis nasional,” pungkasnya.







Komentar Via Facebook :