https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Teknologi Satelit dan Penginderaan Jauh Jadi Solusi Atasi Kendala Geografis di Perkebunan

Teknologi Satelit dan Penginderaan Jauh Jadi Solusi Atasi Kendala Geografis di Perkebunan

Rombongan Ditjenbun dan UGM dalam kunjungan ke Universitas Sydney. foto: Humas Kementan


Jakarta, elaeis.co - Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Pertanian (Mentan) Arief Prasetyo Adi meminta seluruh jajaran Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun) untuk membangun ekosistem perkebunan nasional secara detail.

“Mulai dari data produksi, pemetaan semua kawasan sentra perkebunan, kebutuhan yang diperlukan dan bahan pendukung lainnya. Semua harus terukur dengan baik dan menyeluruh,” jelasnya dalam siaran pers, Jumat (20/10).

Dia menyebutkan, luas perkebunan yang meningkat akan berdampak terhadap produksi dan produktivitas komoditi perkebunan, khususnya komoditi utama seperti kelapa sawit. Teknologi satelit dan citra penginderaan jauh harus dimanfaatkan agar kinerja lebih efektif dan efisien.

"Teknologi yang diperlukan harus memiliki kemampuan untuk memberikan estimasi produksi maupun hasil panen komoditas perkebunan serta mengatasi tantangan geografis dan beberapa wilayah perkebunan yang sulit terjangkau atau diakses," paparnya.

Terkait dengan hal ini, Kementan melalui Ditjenbun berkolaborasi dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan University of Sydney menggelar fokus grup diskusi dengan bahasan tentang teknologi satelit dan citra penginderaan jauh untuk sub sektor perkebunan.

Dalam forum tersebut, tim Ditjenbun dan UGM menyampaikan proses perencanaan Ditjenbun telah mengembangkan aplikasi Sistem Perencanaan Terintegrasi Perkebunan (SiCanTik) yang merupakan perpaduan antara sistem geospasial dengan penginderaan jauh. Pengembangan ini sebagai upaya pemenuhan data-data komoditi perkebunan berbasis spasial serta mendapatkan calon petani calon lokasi (CPCL) yang tepat sasaran dan akurat.

Sementara itu, tim Sydney University menyatakan kesediaannya meminjamkan alat guna menganalisis tanah perkebunan untuk uji coba dan kolaborasi dengan aplikasi SiCanTik.

Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Ditjenbun Heru Tri Widarto mengatakan, mayoritas perkebunan memiliki hamparan yang luas dan lingkungan yang sulit dijangkau. “Penginderaan jauh ini sangat penting dalam pengelolaan perkebunan, di mana pemantauan yang berkelanjutan diperlukan untuk mengidentifikasi perubahan kondisi lahan dan tanaman dari waktu ke waktu,” imbuhnya.

Dia berharap aplikasi SiCanTik dapat berkolaborasi dengan beberapa metode yang telah dikembangkan oleh peneliti Sydney University untuk menganalisa via satelit guna mendukung pembangunan perkebunan berbasis data spasial.

Ia menjelaskan, Ditjenbun memerlukan teknologi yang dapat mengumpulkan data dan informasi tentang kondisi terkini tanaman perkebunan dengan bantuan sensor dan kamera sensitive yang terdapat pada satelit.

Nantinya, sebut Heru, data yang diperoleh dari teknologi satelit kemudian diubah menjadi citra penginderaan jauh yang memberikan gambaran menyeluruh tentang kondisi lahan, perkebunan, dan lingkungan lainnya.

“Salah satu keunggulan utama teknologi satelit dan citra penginderaan jauh ini yaitu kemampuannya untuk melakukan pemantauan di skala besar dan berulang secara periodik. Berbeda dengan survei lapangan konvensional yang terbatas pada area kecil, teknologi ini dapat mencakup luas wilayah yang luas dan memberikan data secara berkala,” ujarnya.

Heru melanjutkan, teknologi satelit dan citra penginderaan jauh memiliki kemampuan untuk mengatasi kendala geografis dan lingkungan yang sulit dijangkau. Menurutnya, inilah saatnya teknologi itu menjadi sangat perlu dikembangkan.

Dengan bantuan satelit, para ahli pertanian dan pengelola perkebunan dapat memperoleh informasi yang diperlukan tanpa harus berada di lapangan secara fisik, sehingga menghemat waktu dan biaya.

“Penggunaan teknologi satelit dan citra penginderaan jauh dalam pengelolaan perkebunan juga memungkinkan analisis yang mendalam tentang berbagai parameter penting, seperti kelembaban tanah, suhu udara, tingkat vegetasi, hingga perhitungan karbon dan bahan organik dalam tanah,” ujarnya.

Data tersebut, lanjutnya, memberikan gambaran yang lebih akurat tentang kondisi pertumbuhan tanaman serta memungkinkan para petani dan pengelola untuk mengidentifikasi masalah dengan cepat, seperti kekurangan air atau serangan hama.

Dengan begitu, para petani dapat mengambil tindakan yang tepat dalam upaya meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil panen.


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :