https://www.elaeis.co

Berita / Bisnis /

Teknologi Dry Process Pabrik Kelapa Sawit Menjadi Topik Penting Konferensi TPOMI 2025

Teknologi Dry Process Pabrik Kelapa Sawit Menjadi Topik Penting Konferensi TPOMI 2025

Posma Sinurat (kiri) bersama Hendra J. Purba. Foto: Taufik Alwie


Jakarta, elaeis.co -Teknologi dry process dalam pengolahan kelapa sawit dipastikan segera menjadi isu hangat nan menarik yang akan mewarnai  industri sawit di Tanah Air. Terlebih, teknologi yang terbilang baru tersebut—setidaknya belum lama diperkenalkan di Indonesia-- akan dikupas tuntas pada even bergengsi pula: 3thTechnology & Talent Palm Oil Mill Indonesia (TPOMI) Conference & Exhibition 2025.

Kepastian ini disampaikan  Ketua Panitia 3rdTPOMI 2025, Posma Sinurat, di Jakarta, Selasa siang (3/6). "Teknologi dry process pabrik kelapa sawit  menjadi salah satu topik penting dalam KonferensiTPOMI nanti," ucap Posma dalam perbincangan dengan awak media, menyongsong konferensi dan eksibisi tersebut yang akan digelar pada 8-10 Juli mendatang di Hotel Holliday Inn, Bandung, Jawa Barat.

Dengan bersemangat, Posma yang juga Ketua Bidang Pabrik Kelapa Sawit Perkumpulan Praktisi Profesional  Perkebunan Indonesia (P3PI) ini menambahkan bahwa khusus pembahasan  topik dry process disediakan waktu  lebih lama, 45-60 menit. "Biar pembahasannya lebih lengkap," ujarnya pula. Topik lain rerata hanya mendapat jatah 30 menit.

Posma yang didampingi Pemimpin Usaha Media Perkebunan Hendra J. Purba, mengakui kalau teknologi dry process belum disambut baik di negeri ini. Para pelaku industri sawit sepertinya masih bersikap menunggu. "Mereka masih wait and see. Mereka ingin melihat apakah teknologi tersebut benar-benar terbukti lebih baik daripada teknologi wet process yang selama ini mereka gunakan," kata Posma.

Keunggulan teknologi dry process

Sebetulnya teknologi dry process bukan teknologi anyar sekali, tidak pula rumit dan mahal. Teknologi itu sudah digunakan di Thailand setidaknya sejak 2010 silam.  Di Negeri Gajah Putih ini cocok dibangun pabrik berteknologi dry process mengingat di sana kebun sawitnya relatif tersebar dengan luasan area yang tidak besar, berkisar 500 hektare. Ini sesuai dengan karakter pabrik dry process yang bisa dibangun dalam skala kecil, berkapasitas 2,5-5 ton TBS per jam.

Bandingkan dengan pabrik wet process yang supaya efisien harus berkapasitas  setidaknya 30 ton TBS per jam. Ini pun harus didukung pula dengan luasan kebun sekurangnya 6.000 hektare, serta areal lahan di sekitar pabrik setidaknya 20 hektare, sebagai tempat kolam-kolam limbah cair sawit.

Jika dicermati, setidaknya berkaca dari Thailand, pabrik dry process punya banyak keunggulan lain. Seperti, tidak butuh air, sehingga tidak menghasilkan limbah cair POME (palm oil mill effluent). Rendemen lebih tinggi sekitar 2,5℅ karena dalam prosesnya mesocarp lebih dulu dipisahkan dari cangkang, sehingga bisa dipres lebih maksimal. Selain itu, minyak sawit yang dihasilkan mengandung vitamin lebih tinggi karena pemrosesannya tidak menggunakan suhu tinggi sebagaimana wet process.

Lalu, kenapa pelaku industri sawit di Indonesia belum mulai mengadopsi teknologi dry process? Posma menilai, mereka mungkin sudah nyaman dan percaya dengan teknologi wet process warisan Belanda, yang sudah dilakoni di negeri ini selama satu abad lebih. Selain itu, kata Posma lagi, boleh jadi mereka juga enggan untuk menanam investasi baru membangun pabrik dry process.

Karena itu, Posma berharap, pembahasan secara mendalam topik dry process dalam konferensi bulan Juli nanti akan dapat menggugah ketertarikan para pelaku industri sawit di Tanah Air.

Konferensi dan Eksibisi TPOMI diselenggarakan sejak 2023, diinisiasi dan dimotori P3PI bekerja sama dengan Media Perkebunan. Perhelatan ini bertujuan antara lain untuk berbagi pengetahuan tentang teknologi pengolahan kelapa sawit terbaru, praktik terbaik, dan solusi inovatif untuk memaksimalkan efisiensi dan produktivitas pabrik kelapa sawit.

Konferensi yang kali ini mengusung tema "Updating Technology & Talent Palm Oil Mill and Downstream" juga diharapkan dapat membantu meningkatkan pengetahuan dan kemampuan para pelaku bisnis di industri kelapa sawit dalam mengoptimalkan produksi dan mengurangi limbah produksi.

 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :