Berita / Sumatera /
Tekan Biaya Pupuk Kimia, BPDP Kenalkan Biochar Tankos Sawit ke Petani Aspek-PIR
Praktik pembuatan biochar diikuti lebih dari 100 petani sawit dari berbagai kecamatan di Kabupaten Pelalawan. foto: ist.
Pangkalan Kerinci, elaeis.co – Upaya menekan tingginya biaya pupuk kimia di perkebunan kelapa sawit terus digencarkan. Salah satu langkah strategis datang dari Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) yang memperkenalkan pemanfaatan biochar dari tandan kosong (tankos) sawit kepada para petani skala usaha kecil menengah dan koperasi (UKMK).
Biochar, yang dikenal juga sebagai arang aktif, terbukti mampu memperbaiki struktur tanah, meningkatkan penyerapan pupuk, serta menyuburkan kebun sawit secara alami. Menariknya, bahan bakunya sangat melimpah yakni limbah tankos sawit yang selama ini hanya ditumpuk atau dibiarkan membusuk.
“Tantangan utama petani sawit saat ini adalah biaya produksi yang terus naik, terutama untuk pengadaan pupuk. Biochar bisa jadi solusi murah, mudah, dan ramah lingkungan,” ujar Anwar Sadat, Analis Senior UKMK BPDP, dalam praktik pembuatan biochar di Desa Trimulya Jaya, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan, Riau, seperti dikutip dari rilis yang diterima elaeis.co Jumat (25/7).
Indonesia diperkirakan menghasilkan sekitar 40 juta ton tandan kosong sawit setiap harinya. Jumlah ini merupakan potensi luar biasa jika diolah menjadi biochar. Apalagi, menurut Anwar, biochar bisa dibuat langsung oleh petani dengan peralatan sederhana dan teknik yang relatif mudah dipelajari.
“Biochar tidak hanya memperbaiki tanah, tapi juga bisa jadi produk bernilai ekonomis. Petani bisa mengolah dan menjualnya ke pasar, membuka sumber pendapatan baru di luar panen tandan buah segar (TBS),” tambahnya.
Langkah ini pun menjadi bagian dari strategi besar BPDP dalam mendorong perkebunan kelapa sawit berkelanjutan, dengan menitikberatkan pada efisiensi input, keberdayaan petani, dan pengurangan ketergantungan terhadap pupuk kimia sintetis.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perusahaan Inti Rakyat (Aspekpir) Indonesia DPD I Riau, Sutoyo, menyambut baik inisiatif BPDP ini. Ia mengakui bahwa selama ini petani sudah memanfaatkan tankos sebagai pupuk organik, tapi belum mengolahnya menjadi biochar secara maksimal.
“Biasanya tankos ditumpuk di sekitar tanaman saja. Tapi dengan metode biochar, manfaatnya jadi lebih besar. Tanah lebih subur, biaya pupuk berkurang, hasil kebun pun meningkat,” terang Sutoyo.
Praktik pembuatan biochar di Ukui diikuti lebih dari 100 petani sawit dari berbagai kecamatan di Kabupaten Pelalawan, seperti Ukui, Kerumutan, Pangkalan Lesung, dan Pangkalan Kuras. Mereka tergabung dalam KUD-KUD seperti KUD Bakti, KUD Bina Usaha Baru, KUD Amanah, dan lainnya.
Kegiatan ini juga menggandeng praktisi dan akademisi, seperti M. Mirza Arif Zainal dari Yayasan Agathis Dammara Karbon serta Arif Firmansyah, Direktur PT Perfekta Lintas Semesta yang dikenal sebagai praktisi biochar berpengalaman.







Komentar Via Facebook :