https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Tarif Brutal Trump Ancam Ekspor Sawit Indonesia, Pemerintah Didesak Perluas Pasar

Tarif Brutal Trump Ancam Ekspor Sawit Indonesia, Pemerintah Didesak Perluas Pasar

Mohammad Faisal. foto: CORE


Jakarta, elaeis.co –  Industri sawit Indonesia kembali mendapat hantaman dari luar negeri. Kali ini datang dari Negeri Paman Sam. Pemerintahan Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden Donald Trump resmi menetapkan tarif bea masuk sebesar 32% untuk minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) asal Indonesia. Kebijakan ini sontak memicu kekhawatiran kalangan pelaku usaha hingga pengamat ekonomi nasional.

Menurut Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal, kenaikan tarif CPO sebesar 32% berpotensi menggerus pangsa pasar ekspor Indonesia di AS. “Ini jelas akan berpotensi mengurangi market share kita di pasar Amerika Serikat, terlebih melihat Malaysia dikenakan tarif lebih rendah yakni 25%,” ujarnya, kemarin.

Langkah proteksionis Trump ini membuat posisi Indonesia sebagai eksportir CPO terbesar dunia jadi goyah di pasar AS. Meski secara keseluruhan Indonesia masih mendominasi impor CPO ke AS, namun selisih tarif yang lebih rendah untuk Malaysia dinilai menjadi ancaman serius. “Dengan perbedaan tarif ini, bisa dipastikan share ekspor Malaysia akan naik, dan Indonesia menyusut,” tegasnya.

Tarif tinggi seperti ini otomatis akan membuat harga CPO asal Indonesia jadi kurang kompetitif, membuka celah bagi negara-negara pesaing untuk masuk dan merebut pasar. “Kalau tak segera disikapi, Indonesia bisa kehilangan posisi strategisnya di pasar minyak nabati global, khususnya di Amerika,” tambahnya.

Faisal menyarankan pemerintah untuk bergerak cepat dan tak bergantung pada pasar tunggal. Ia menekankan pentingnya mengeksplorasi pasar tradisional dan non-tradisional seperti Asia Selatan, Afrika, dan Timur Tengah.

“CPO kita punya daya saing tinggi, tinggal bagaimana strategi penetrasi pasar kita dimatangkan,” kata Faisal.

Tak hanya itu, pemerintah juga diminta untuk mengoptimalkan jalur diplomasi dagang bilateral dan multilateral, serta memperkuat branding sawit Indonesia sebagai produk ramah lingkungan melalui skema ISPO dan sertifikasi keberlanjutan lainnya.


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :