https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Tak Menyerah pada Keadaan, Petani Sawit Bikin Pupuk Sendiri

Tak Menyerah pada Keadaan, Petani Sawit Bikin Pupuk Sendiri

Petani sawit membuat pupuk organik cair berbahan sayuran dan buah busuk sebagai pengganti pupuk kimia yang harganya melambung. Foto: Sangun/elaeis.co


Bengkulu, elaeis.co - Mahalnya harga pupuk kimia non subsidi tidak membuat petani kelapa sawit di Provinsi Bengkulu mati akal. Banyak petani saat ini telah memproduksi pupuk secara mandiri, yakni dengan membuat pupuk organik cair (POC).

Diantaranya adalah Kelompok Tani (poktan) Teratai di Desa Sri Kuncoro, Kecamatan Pondok Kelapa, Kabupaten Bengkulu Tengah.

Ketua Poktan Teratai, Iftitah mengatakan, pihaknya telah beberapa bulan membuat POC. Dalam sekali proses produksi, pihaknya mampu menghasilkan 600 hingga 650 liter POC.

"Kami sudah membuat POC ini, dan alhamdulillah telah sukses dan banyak diikuti oleh poktan di Desa Sri Kuncoro," kata Iftitah, Sabtu (13/8)

Ia mengaku, meskipun pembuatan POC terbilang mudah, namun prosesnya membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Butuh waktu minimal 14 hari agar seluruh sayuran dan buah-buahan benar-benar larut dan menjadi cairan. Jika sayuran dan buah-buahan belum larut, maka kualitas pupuk cair menjadi tidak maksimal.

"Proses pembuatannya terbilang cukup lama. Meski begitu, ini adalah salah satu cara untuk menghemat biaya produksi pertanian. Karena harga pupuk kimia saat ini sangat mahal," tuturnya.

Ia mengaku, pupuk cair yang dibuat secara mandiri tersebut digunakan untuk memupuk kebun sawit yang dimiliki. Dibutuhkan setidaknya 1 liter pupuk cair untuk 1 pohon kelapa sawit. Hasilnya tidak jauh berbeda dengan penggunaan pupuk kimia yang dijual di toko pertanian.

"Hasil dari pemupukan ini cukup baik dan kelapa sawit berbuah lebat juga," tuturnya.

Sementara itu, Kepala Dinas TPHP Provinsi Bengkulu, Ir Ricky Gunarwan mengatakan, kenaikan harga pupuk yang terjadi belakangan ini membuat sejumlah petani di daerah kesulitan untuk memperoleh pupuk. Akibatnya banyak tanaman pangan dan hortikultura seperti padi dan cabai terpaksa tidak dipupuk. Sehingga hasil produksi pertanian pada tahun ini diperkirakan mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.

"Untuk mencegah hal tersebut terjadi, kami dorong petani untuk memproduksi pupuk organik secara mandiri," kata Ricky.

Ricky menjelaskan, POC dibuat menggunakan bahan-bahan organik seperti sisa sayuran dan buah-buahan yang membusuk. Bahan-bahan tersebut dicampur dengan urin ternak dan air dalam satu wadah penampungan. Dalam jangka waktu kurang lebih 2 minggu, sayuran dan buah-buahan yang membusuk dalam wadah tadi akan larut dengan air dan dapat dimanfaatkan oleh para petani untuk memupuk tanaman pangan dan hortikultura.

"Jadi proses pembuatannya tidak begitu sulit. Asalkan ada niat, seluruh petani bisa membuatnya dan biayanya itu tidak mahal bahkan gratis," ujarnya.

Ricky mengaku, saat ini beberapa petani di daerah seperti di Kabupaten Mukomuko, Bengkulu Tengah, dan Rejang Lebong telah membuat POC ini untuk memupuk sawit. Bahkan hasil produksi pertanian dari pupuk cair ini tidak kalah dengan pupuk kimia.

"Sudah banyak daerah yang membuat pupuk cair ini, kita dorong poktan yang belum membuat agar dapat segera membuatnya. Karena bahan-bahan pembuatan pupuk ini ada di lingkungan kita, atau mengambil sayuran busuk yang dibuang di pasar untuk membuat pupuk cair ini," tutupnya.
 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :