https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Tak Hanya Keberlanjutan, Sektor Perkebunan juga Hadapi Sederet Tantangan ini

Tak Hanya Keberlanjutan, Sektor Perkebunan juga Hadapi Sederet Tantangan ini

Foto bersama peserta Seminar Commodity Outlook yang bertajuk “Strategi Keberlanjutan dan Daya Saing Komoditas Perkebunan Dalam Tantangan Global Tahun 2025”. foto: Ditjenbun


Jakarta, elaeis.co – Demi mewujudkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di sektor perkebunan, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Perkebunan menggelar Seminar Commodity Outlook yang bertajuk “Strategi Keberlanjutan dan Daya Saing Komoditas Perkebunan Dalam Tantangan Global Tahun 2025” di Tuban, Bali.

Pada kesempatan itu, Plt. Direktur Jenderal Perkebunan, Heru Tri Widarto mengatakan, perkebunan terbukti berpotensi besar sejak dahulu sebagai penyokong devisa negara. "Namun ekspor perkebunan juga harus ditata dengan baik," jelasnya dalam keterangan resmi dikutip Jumat (4/10). 

Menurutnya, tantangan perkebunan ke depan makin banyak yang harus dipersiapkan, baik dari data eksportir tujuan Uni Eropa maupun Surat Tanda Daftar Budidaya (STDB) yang menjadi prioritas. “Tolong diidentifikasi dan diperhatikan, posisi per komoditas bagaimana, mana yang diprioritaskan atau diutamakan. Salah satunya seperti kakao, perlu peningkatan produksi karena adanya perubahan iklim,” tukasnya.

Lebih lanjut, Heru mengatakan banyak kebutuhan beberapa komoditas yang perlu ditangani untuk dilakukan pemetaan dan mengatur strategi yang akan digunakan. Termasuk pengelolaan Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) untuk komoditas kakao dan kelapa.

Ia juga menekankan perlunya memperhatikan posisi pasar dan keberlanjutan lingkungan maupun keberlanjutan bisnis. Mengingat masing-masing komoditas berbeda penanganan dan tantangan dalam pengembangannya, sehingga perlu diperjuangkan bersama guna penguatan pengembangan perkebunan.

“Kita tentunya ingin melakukan hal tersebut terhadap semua tanaman perkebunan, namun juga harus memperhatikan pasarnya dan memperhatikan kondisi yang harus diantisipasi. Yang perlu disiapkan ke depannya dan jangan dilewatkan, yaitu kesiapan sosial budayanya. Tidak semua daerah memiliki budaya yang sama. Siapkah masyarakat kita fokus pada komoditas dan tidak alih lahan atau alih komoditas karena adanya peningkatan harga. Misalkan kakao harga naik, lahan sawitnya diganti kakao. Kita harus cerdas menyikapi dan petakan secara jelas agar bahan bakunya jelas, akurat dan sesuai,” ujarnya.

Heru juga mengingatkan terkait keberlanjutan perkebunan, agar generasi muda atau Gen Z tertarik menggeluti perkebunan karena sudah saatnya anak muda turun langsung tangani padi dan sektor perkebunan. Ia juga menuturkan perlunya memperhatikan strategi jitu untuk menarik generasi muda terjun geluti dan kembangkan perkebunan dari hulu hingga hilir, menyiapkan generasi muda sebaik mungkin sebagai penerus masa depan, mengenalkan sawit itu baik, minyak kelapa dan minyak sawit itu sehat, sehingga harus cerdas dan kompak, agar bersama saling selamat dan perkuat perkebunan dari berbagai tantangan kedepan.

“Diidentifikasi dan dipetakan mana yang mendatangkan keuntungan dan menyejahterakan bagi petani, keberlanjutan perkebunan maupun keberlanjutan dari generasi Gen Z. Serta perhatikan roda perekonomian nasional, menyambut perkebunan yang lebih baik,” harapnya.

Pada kesempatan ini, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, I Wayan Sunada menyampaikan terima kasih atas dukungan Direktorat jenderal perkebunan yang terus mendukung sektor perkebunan di Bali, baik hulu hingga hilirnya sehingga memiliki potensi penyumbang devisa terbesar. Dia juga berharap dengan adanya kegiatan ini ke depannya bersama-sama dapat membangun usaha perkebunan yang berkelanjutan.

Sementara itu, salah satu pembicara, Wahyu Jatmiko Krisdiyanto dari PT LPP Agro Nusantara menjelaskan, pemangku kepentingan harus dapat menganalisis dan melihat dinamika perkembangan harga dan bagaimana harga komoditas. Karena hal itu dapat menjadi pemicu atau mempengaruhi harga jual produk yang ada.

"India dan Cina merupakan peluang pangsa pasar komoditas perkebunan Indonesia khususnya sawit, namun harus tetap melihat perkembangan yang ada di negara-negara lainnya. Sehingga dapat merancang target yang strategis dan tepat guna," paparnya.

"Dinamika harga pasar dan pengembangan komoditas selalu bergerak mengikuti siklus dan tren, apapun keadaan harga mengikuti kondisi nyata saat ini," Wahyu menambahkan.

Sementara itu, Peneliti Senior RPN, Ratnawati Nurkhoiry menyampaikan tren kontribusi dan inovasi komoditas perkebunan. Ia mengatakan, salah satu tantangan komoditas perkebunan yaitu rentan terhadap faktor resiko yang berdampak pada produksi dan produktivitas. Nyatanya, masih ada gejolak nilai output kontribusi komoditas perkebunan seperti sawit, karet, kopi, tebu, dan teh. Untuk itu, masih harus terus ditingkatkan agar hasil produksi maupun produktivitasnya lebih optimal, baik dilakukan analisis lingkungan internal maupun eksternal komoditas.

Salah satu peserta seminar, Siti Marfuah mengungkapkan, seminar ini sangat bermanfaat karena dapat memberikan gambaran terkait kontribusi dan peran penting perkebunan terhadap perekonomian Indonesia. Selain itu, tantangan ke depan, termasuk mendorong generasi muda untuk terjun langsung kembangkan perkebunan.

"Betapa penting melanjutkan perkebunan Indonesia, ini tak hanya menjadi tanggung jawab petani atau pemerintah saja, namun seluruhnya harus turut bahu membahu mengembangkan komoditas perkebunan serta menjawab tantangan ke depan," ujarnya.
 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :