Berita / Bisnis /
Surplus Produksi Bisa Tahan Tren Kenaikan Harga CPO
Ilustrasi CPO (Int.)
Jakarta, Elaeis.co - Beragam kebijakan akomodatif dari sejumlah negara untuk industri sawit menjadi katalis positif untuk mengerek harga minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO). Hanya saja, peningkatan produksi sawit di sentra-sentra produksi utama diperkirakan akan menahan tren kenaikan harga CPO di pasaran.
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro menilai, salah satu faktor pendorong peningkatan harga CPO belakangan ini adalah penurunan tarif impor CPO India. Jadi prediksinya, bakal meningkatkan jumlah pengiriman ke negeri Vrindavan tersebut.
Betapa tidak, penyesuaiannya cukup kompetitif. Jika sebelumnya tarif dikenakan sebesar 35,75%, kini menjadi 30,25% dan berlaku efektif selama 30 Juni–30 September 2021.
“Penurunan tarif impor tersebut akan mendorong permintaan CPO dari India,” katanya, dikutip Validnews.id, kemarin.
Data Bloomberg menunjukkan, harga spot CPO di bursa Malaysia pada 6 Juli 2021 sebesar US$972/ton atau tumbuh 0,5% (ytd). Harga itu tercatat kembali meningkat, setelah sempat melemah pada bulan sebelumnya di bawah level US$900/ton.
Selain faktor di atas, pemerintah Indonesia pun juga ikut merevisi tarif pungutan ekspor CPO dalam negeri yang berlaku efektif sejak 2 Juli 2021. Dalam peraturan anyar itu, pemerintah menetapkan tarif pungutan ekspor CPO sebesar US$55/ton, jika harga CPO di bawah US$750/ton.
Selanjutnya tarif pungutan ekspor CPO akan meningkat sebesar US$20/ton setiap kenaikan harga CPO sebesar US$50/ton. Tarif pungutan akan mencapai level maksimal sebesar US$175/ton jika harga CPO berada di atas level US$1.000/ton.
Dia mencontohkan, harga acuan CPO Juli 2021 yang ditetapkan sebesar US$1.094/ton, maka tarif pungutan ekspor yang berlaku adalah US$175/ton. Tarif tersebut jauh lebih kecil dibandingkan ketentuan tarif sebelumnya yang bisa mencapai US$255/ton.
“Kami menilai kebijakan India dan Indonesia tersebut, dapat mendorong permintaan CPO Indonesia dan menjaganya di level harga yang relatif tinggi,” jelas Andry.
Meski masih dalam kondisi yang cukup optimistis, pihaknya mengingatkan, peningkatan produksi CPO pada semester II/2021 mampu menekan harga CPO ke depan. Bahkan, lebih rendah dari pada rata-rata harga konsensus.
Tengok saja, konsensus Bloomberg memperkirakan rata-rata harga CPO 2021 sebesar US$934/ton. Lebih tinggi dari perkiraan konsensus bulan lalu yang sebesar US$890/ton. “Kami memperkirakan rata-rata harga CPO pada 2021 sebesar US$840/ton,” ujarnya.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit atau GAPKI pun mendata, produksi CPO Indonesia selama April 2021 mencapai 4,1 juta ton, atau tumbuh 1,3% (yoy) dan 1,9% (mom). Secara kumulatif, produksi CPO Indonesia pada Januari–April 2021 mencapai 15,3 juta ton atau tumbuh 1,4% (yoy).
Adapun produksi CPO Malaysia, pada Mei 2021 tercatat sebesar 1,6 juta ton atau tumbuh 2,8% (mom). Sekalipun jika dibandingkan tahun lalu masih menurun sebesar 4,8% (yoy). Dihitung secara kumulatif lima bulan pertama 2021, produksi CPO Malaysia sebesar 6,8 juta ton atau terkontraksi 5,6% (yoy).







Komentar Via Facebook :