https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Sukses Replanting Tanpa Utang, Ini Rahasianya

Sukses Replanting Tanpa Utang, Ini Rahasianya

Panen perdana di kebun sawit milik anggota Kelompok Tani Setia Rukun baru-baru ini. Kelompok tani tersebut sukses melakukan replanting tanpa berutang ke pihak ketiga (Foto: Dok. poktan)


Siak, Elaeis.co - Kelompok Tani (poktan) Setia Rukun sukses me-replanting kebun sawit seluas 109 hektar di Desa Teluk Merbau, Kecamatan Dayun, Kabupaten Siak, Riau, melalui Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang didanai Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Yang istimewa, para petani tak berutang sepeserpun hingga sawit mereka panen perdana.

Ketua Kelompok Tani Setia Rukun, Umbarno, mengatakan, mereka hanya mengandalkan bantuan Rp 25 juta per hektar dari BPDPKS untuk melaksanakan replanting. “Rahasianya adalah kekompakan, itu yang paling penting. Pengurus dan anggota kompak bagaimana mengatur keuangan, supaya jangan terlalu besar biaya untuk replanting ini,” katanya kepada Elaeis.co, Selasa (19/10/2021).

Agar lebih hemat, menurut Umbarno, poktan tersebut melakukan replanting secara mandiri. Kerja sama dengan pihak kontraktor hanya untuk pekerjaan yang memerlukan alat berat seperti penumbangan, pembentukan lahan, hingga penanaman awal atau proses P0.

“Waktu posisi P0, tetap diupahkan. Kita tidak bisa kerjakan sendiri karena pakai alat berat,” jelasnya.

Setelah sawit ditanam, katanya, seluruh pengerjaan perawatan kebun diserahkan kepada masing-masing petani pemilik lahan. Cara seperti itu berlangsung hingga sawit panen perdana.

“Sampai panen perdana semua dikerjakan sendiri oleh petani, kalau diupahkan otomatis biayanya makin tinggi. Itu kemenangannya kalau replanting dilakukan secara mandiri. Meski dilakukan sendiri, para petani tetap serius. Namanya juga sawit sendiri, jadi ya dirawat masing-masinglah,” jelasnya.

Meski para petani suka rela merawat kebun masing-masing, menurut Umbarno, pengurus poktan tetap melakukan pengawasan serta menyediakan berbagai kebutuhan, terutama obat-obatan yang diperlukan kebun sawit.

“Setiap tahun digelar rapat, pengurus laporan ke anggota. Dijelaskan masing-masing kavling menghabiskan biaya berapa, semua jelas. Karena setiap pekerjaan, penerimaan barang, kita selalu minta tanda tangan ke anggota,” bebernya. 

Kunci sukses lain replanting mandiri tanpa utang tersebut adalah menggalakkan tanaman tumpang sari. Dengan begitu para petani bisa tetap punya penghasilan sebelum sawitnya panen.

“Ini juga yang menjadi alasan kenapa anggota kita tidak mau dibayar untuk perawatan kebunnya, karena di antara sawit mereka ada tumpang sarinya berupa jagung. Hasilnya cukup untuk biaya hidup, bahkan berlebih,” ungkapnya. 

Dia menilai dana bantuan yang saat ini ditambah BPDPKS menjadi Rp 30 juta per hektar cukup untuk biaya replanting jika dikelola dengan baik dan semaksimal mungkin. “Yang ikut PSR sekarang malah harus bersyukur, karena bantuannya sudah Rp 30 juta per hektar. Zaman kami dulu hanya dapat Rp 25 juta,” katanya.

“Malah anggota kami masih punya tabungan waktu itu Rp 2.230.000 per hektar, berarti kan tak habis bantuan dari BPDPKS itu. Kami saja bisa, apalagi yang sekarang bantuannya sudah Rp 30 juta, harusnya lebih bisa lagi lah,” ujarnya.

Kesabaran dan kegigihan anggota Poktan Setia Rukun sudah membuahkan hasil. Para petani telah menikmati hasil kebun mereka persis saat harga tandan buah segar (TBS) sedang bagus-bagusnya. Hasil panen sawit poktan itu dijual ke PT Berlian Inti Mekar.

“Yang di-replanting 109 hektar itu, sekarang sudah panen semua. Waktu gajian setiap bulan, ada anggota yang menerima Rp 4,5 juta per kavling,” pungkasnya. 


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :