https://www.elaeis.co

Berita / PSR /

Sudah Teken Kontrak, Koperasi MMS Masih Menunggu Pencairan Dana PSR

Sudah Teken Kontrak, Koperasi MMS Masih Menunggu Pencairan Dana PSR

Kebun milik Koperasi Mitra Makmur Satu yang diusulkan ikut PSR karena produksinya rendah. foto: ist.


Jambi, elaeis.co - Puluhan petani sawit anggota Koperasi Mitra Makmur Satu (MMS) harap-harap cemas menantikan pencairan dana program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). Penandatanganan kerja sama telah dilakukan pada November lalu.

"Meskipun kontrak sudah ditandatangani, dana yang dijanjikan belum juga masuk ke rekening kami. Petani tengah menunggu dengan penuh harap untuk perbaikan kebun kelapa sawitnya," papar Bendahara Koperasi MMS, Sidik kepada elaeis.co, Sabtu (21/12).

Koperasi MMS mengelola kebun sawit di Desa Sapta Mulia, Kecamatan Rimbo Bujang, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi. Awalnya pengurus mengajukan PSR seluas 145 hektar. 

Namun, luasan kebun yang mendapatkan rekomendasi teknis atau rekomtek hanya 70 hektar dan dana PSR yang akan dicairkan BPDPKS sebesar Rp 60 juta/hektar.

"Mayoritas kebun yang kami ajukan adalah berproduksi rendah meski berusia muda. Ada juga yang telah berusia tua, yakni sekitar 25 tahun," bebernya.

Untuk yang usia 4-15 tahun dan produksinya sangat rendah ada lebih dari 70 hektar. Kebun ini hanya menghasilkan 5-7 kwintal sekali panen. "Padahal usia segitu harusnya mengeluarkan 1,2 sampai 1,5 ton sekali panen," sebutnya.

"Jika musim trek, produksi makin anjlok, hanya 4-5 kwintal saja. Ini disebabkan pemilihan bibit yang tidak berkualitas. Saat pembangunan kebun, pengetahuan budidaya sawit petani sangat terbatas," sambungnya.

Dia menceritakan, Koperasi MMS adalah mitra PTPN sejak lama. Namun awalnya koperasi itu mengelola tanaman karet. Belakangan, banyak petani beralih ke kelapa sawit.

"Dulu ada sebagian petani yang mengganti tanamannya dengan kelapa sawit, sebagian lagi masih bertahan dengan pohon karet. Inilah sebabnya umur sawitnya bervariasi," jelasnya.

Sayangnya, petani yang belakangan ikut berbudidaya kelapa sawit tidak membeli bibit yang berkualitas. Mereka hanya memungut buah kelapa sawit yang jatuh lalu disemai dan ditanam di kebunnya. Alhasil, produksi kebunnya rendah meski usia tanam masih muda dan perawatannya cukup bagus.

"Inilah mengapa petani sangat berharap pada program PSR dari BPDPKS yang pengajuannya dibimbing Aspek-PIR. Petani berharap sekali, PSR dapat membantu meningkatkan produksi kebun, terlebih menggunakan dana hibah," paparnya.

"Ini tahap pertama, masih ada kebun yang belum diajukan. Sebab total kebun koperasi kita sekitar 500 hektar," imbuhnya.


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :