https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Spontan Beralih Pupuk, Ganggu Pertumbuhan Sawit

Spontan Beralih Pupuk, Ganggu Pertumbuhan Sawit

Ilustrasi sawit/Reuters


INHU, Elaeis.co - Imbas dari tingginya kenaikan harga pupuk kimia, sebagian petani kelapa sawit mungkin secara spontan putar otak untuk tetap merawat perkebunan kelapa sawit menggunakan pupuk organik. Tujuannya tentu supaya produktivitas tandan buah segar (TBS) tetap terjaga. 

Tapi, menurut petani yang tinggal di Kabupaten Indragiri Hulu, Riau ini, justru jika tanaman dipaksa menggunakan pupuk organik yang sebelumnya terbiasa dengan pupuk kimia, malah berpengaruh terhadap perkembangan pertumbuhan, dan produksi buah karena tidak sesuai lagi takaran kebutuhannya. 

Hal ini disampaikan pekebun, Dwiyanto, kepada Elaeis.co pada Jumat (5/11), di Kelurahan Pematang Reba, Kecamatan Rengat Barat. Menurutnya banyak petani tidak mengetahui hal tersebut, sebab mereka kebanyakan mendahulukan kepedulian terhadap kebun ketimbang manfaat yang dihasilkan. 

"Ibaratnya begini, tumbuhan itu sama dengan manusia. Rakyat Indonesia menjadikan beras sebagai makanan pokok, jika diberi gandum apakah seketika bisa kenyang. Tentu tidak karena semua itu perlu proses panjang sama halnya dengan tanaman," terangnya.   

Karena harga pupuk kimia yang begitu mahal, Dwiyanto memilih bersabar menunggu harga pupuk normal kembali ketimbang beralih ke pupuk lain. Alasannya, kebun pribadi miliknya seluas 4 hektar secara total sudah terbiasa memakai penyuburan tanah menggunakan pupuk kimia.

Menurutnya, untuk berpindah pupuk ada aturan mainnya tidak asal-asalan. Dikala waktu pemupukan datang, petani harus perlahan-lahan mengurangi pupuk kimia diselingi pupuk organik. Maka lama-kelamaan tanaman itu terbiasa dengan pupuk organik. 

"Nah, jika sudah demikian kita tidak Ketar-ketir lagi menggunakan menerapkannya sebab produktivitas tanaman yang dihasilkan dari pupuk organik tetap stabil malah kemungkinan besar naik," ujarnya. 

Ia juga berharap, kepada pemerintah agar terus mengawasi perkembangan pupuk yang terjadi sampai saat ini. Pasalnya hal itu membuat para pekebun menjerit karena harganya mengalami lonjakan cukup tinggi.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :