https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Solidaridad Ajari Cara Simpel Ini Biar Hasil Petani Sawit Maksimal

Solidaridad Ajari Cara Simpel Ini Biar Hasil Petani Sawit Maksimal

Ilustrasi - tanaman kelapa sawit.


Jakarta, elaeis.co - Produktivitas sawit rakyat kerap jadi permasalahan klasik di banyak daerah. Banyak petani swadaya merasa kebunnya mandek, biaya produksi tinggi, sementara hasil panen tak maksimal. 

Untuk itu, Solidaridad Indonesia hadir dengan solusi pertanian regeneratif yang simpel tapi berdampak besar bagi kesejahteraan petani.

Hal ini diungkapkan dalam forum diskusi The 5th Indonesian Palm Oil Smallholders Conference (IPOSC) & Expo 2025, Kamis (25/9) sore, di Kubu Raya. 

Forum bertema “Sinergitas Pemangku Kepentingan Mengatasi Stagnan Produktivitas Sawit Rakyat” itu menjadi ruang bagi Solidaridad untuk berbagi praktik pertanian yang ramah lingkungan sekaligus ekonomis.

Dalam sesi diskusi berjudul “Inovasi Pupuk Hayati dan Kompos sebagai Pondasi Pertanian Regeneratif untuk Produktivitas Sawit Berkelanjutan”, Solidaridad menekankan bahwa tanah bukan sekadar media tanam, tapi ekosistem hidup. 

Tanah yang sehat akan mendukung produktivitas sawit jangka panjang, mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, dan menekan biaya produksi.

Yohanes Koko, Senior Program Officer Solidaridad, menjelaskan bahwa pendekatan mereka sederhana namun efektif. 

“Kami mendampingi petani kelapa sawit agar menerapkan pertanian regeneratif. Fokusnya bukan cuma tanaman utama, tapi juga ekosistem kebun, serta ekonomi petani. Dampaknya banyak yakni produktivitas meningkat, biaya pupuk dan pestisida kimia bisa ditekan,” ujarnya.

Salah satu praktik yang didorong Solidaridad adalah tumpang sari atau intercropping. Petani diajak menanam tanaman sela bernilai ekonomis, seperti jagung, kacang-kacangan, atau hortikultura, di antara barisan sawit muda. Model ini memberikan keuntungan ganda. 

Selain menghasilkan pendapatan tambahan sebelum sawit mulai berbuah, tumpang sari juga membantu memperbaiki kualitas tanah dan ekosistem kebun. Selain itu, sistem ini meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim, karena mampu menjaga kelembaban tanah dan mengurangi risiko erosi.

Menurut Yohanes, praktik ini sangat tepat diterapkan pada sawit muda atau belum menghasilkan. Sambil menunggu pohon sawit berbuah, petani tetap bisa memperoleh penghasilan dari tanaman sela.

“Dengan intercropping, petani bisa tetap bergerak secara ekonomi, tidak menunggu sawit menghasilkan. Tanaman sela juga membantu menjaga tanah tetap sehat,” jelasnya.

Selain tumpang sari, Solidaridad juga mendorong penggunaan pupuk organik dan biochar (arang organik). Cara ini tidak hanya menekan penggunaan pupuk kimia yang mahal, tetapi juga meningkatkan kualitas tanah dan produktivitas sawit jangka panjang.

“Untuk sawit yang sudah mulai menghasilkan, kami sarankan menggunakan kompos atau biochar. Ini membuat nutrisi tanah terjaga, akar sawit lebih kuat, dan panen bisa lebih optimal,” tambah Yohanes.

Pendekatan ini terbukti memberi manfaat nyata bagi petani swadaya. Dengan menanam tanaman sela dan memanfaatkan pupuk organik, biaya produksi bisa ditekan, sementara hasil panen tetap optimal. 

Selain itu, sistem regeneratif membantu kebun lebih ramah lingkungan, menjaga keanekaragaman hayati, dan mengurangi pencemaran akibat pupuk dan pestisida kimia.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :