Berita / Bisnis /
Soal Mafia Minyak Goreng, Ini Kata Apkasindo
Ketum DPP Apakasindo Gulat Manurung. Elaeis.co/Sany
Pekanbaru, elaeis.co - Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Dr Gulat Medali Emas Manurung menanggapi pernyataan sejumlah pengamat yang menilai ada permainan mafia di balik kelangkaan minyak goreng.
Gulat mengaku tidak setuju dengan pernyataan itu. Menurutnya, tidak tepat jika disebut mafia yang menjadi dalang kelangkaan minyak goreng ini. Lantaran keuntungan yang didapat dari bisnis minyak goreng, terutama di level distributor itu tidak besar.
"Kalau mafia itu biasa digunakan untuk kelas kakap, untungnya pun kakap. Tapi kalau keuntungan minyak goreng, khusus di level distributor itu sangat kecil. Paling tinggi rerata Rp500 sampai Rp750 per liter, belum lagi kalau turun ke distributor lain, keuntungannya makin tipis," kata Gulat.
Gulat mengatakan, sejauh ini yang ditemukan aparat penegak hukum di sejumlah gudang, hanya menemukan sekitar 1.000 sampai 5.000 liter saja yang diduga sengaja disimpan.
"Kalaulah benar tujuannya keuntungan berlebih atau untuk melawan peraturan pemerintah demi mencari keuntungan, rasanya terlampau nekat distributor tersebut," ujar auditor ISPO itu.
"Kalau kita hitung, jika distributor menjual 1.000 liter minyak goreng curah, itu untungnya hanya sekitar Rp250 ribu. Dan kalau 5 ton itu hanya Rp1,25 juta. Dengan keuntungan tipis seperti itu ditambah resiko berat terkena pidana kalau ketahuan APH, masak distributor akan nekat?" bebernya.
Menurut gulat, para distributor itu sebelumnya sudah terlanjur membeli minyak goreng dalam jumlah besar untuk stok kebutuhan sebelum diberlakukannya harga eceran tertinggi (HET) dari pemerintah. Dan tentu harga beli mereka lebih tinggi dari HET yang ditetapkan pemerintah.
"Setelah mereka beli banyak, harga tinggi, kalau disuruh jual dengan harga murah sesuai HET. Wajar lah kalau mereka mikir. Gak mungkin mereka mau rugi, karena modalnya saja sudah di atas HET itu dan mereka tidak masuk dalam kelompok yang mendapatkan DPO," ujarnya.
Sehingga, tambah Gulat, tidak tepat jika ini disebut sebagai mafia. Para distributor itu hanya menunggu kebijakan baru yang bisa berkeadilan dan tidak merugikan mereka.
"Mereka hanya merondokkan untuk tujuan menunggu kebijakan yang adil. Makanya setelah kebijakan pencabutan HET untuk minyak goreng kelompok kemasan sederhana dan premium, pasar modren langsung penuh dengan kelompok ini," kata dia.

Komentar Via Facebook :