https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Simalakama Petani Sawit: Panen Rugi, Tak Dipanen Makin Rugi

Simalakama Petani Sawit: Panen Rugi, Tak Dipanen Makin Rugi

Akibat kendala infrastruktur, petani terpaksa mengeluarkan hasil panen dari kebun menggunakan jasa tukang ojek. Foto: Hendri/elaeis.co


Manna, elaeis.co - Saat harga buah tandan segar (TBS) kelapa sawit melambung hingga di atas Rp 3.000/kg, petani di Bengkulu Selatan berbinar. Sawit dirasa benar-benar terbukti bisa mengangkat kesejahteraan mereka.

Sayangnya, momen bahagia itu hanya berlangsung sekejap. Menjelang lebaran kemarin, harga TBS tiba-tiba anjlok. Bahkan saat ini sudah dihargai Rp 900/kg di pabrik dan Rp 700/kg oleh pengepul.

Rusno (43), warga Desa Ganjuh, Pino, mengaku merasa seperti teriris menyaksikan penderitaan petani sawit saat ini. “Petani makin sengsara. Hasil panen sawit tidak bisa memberikan harapan untuk hidup lagi,” katanya.

“Bagaimana mau hidup senang, saat ini kalau kebun dipanen kita rugi, tidak dipanen makin rugi,” tambahnya.

Dia menjelaskan, upah panen saat ini mencapai Rp 250/kg dan ongkos ojek dari kebun ke lokasi pengepul mencapai Rp 500/kg. Sehingga total biaya yang dikeluarkan saat panen saja sudah sebesar Rp 750/kg.

“Bagaimana ceritanya dapat uang, dari penjualan TBS saja kami sudah rugi Rp 50/kg,” keluhnya.

Wawan (39), petani kelapa sawit lainnya menambahkan, jika buah dibiarkan di pohon tak dipanen, maka tanaman sawit akan rusak.

“Masalahnya sekarang, mau panen harus mengeluarkan biaya. Dan lebih besar biaya yang dikeluarkan dari pada harga jualnya. Belum lagi kalau biaya untuk pemeliharaan dan pemupukan dihitung. Makanya nasib petani seakan di ujung tanduk. Atau bagaikan kerakap tumbuh di batu, hidup segan mati tak mau,” ujarnya.

Wawan berharap pemerintah daerah mencari solusi agar harga TBS dapat kembali naik. “Kalau terus-terusan seperti sekarang, kami kesulitan membiayai kehidupan sehari-hari. Bagaimana nanti nasib anak istri kami? Juli nanti tahun ajaran baru, pasti keluar biaya untuk memasukkan anak ke sekolah,” ucapnya.

“ Mohon agar pemerintah memperhatikan nasib kami. Kalau kami tebang pohon sawit dan diganti dengan tanaman lain, rasanya itu bukan solusi yang baik. Makanya kami minta tolong naikan harga TBS,” bapak dua anak ini menambahkan.

Manajer Humas PT Bengkulu Sawit Lestari (BSL) di Desa Air Sulau, Kedurang Ilir, Idius Syafari SH membenarkan saat ini harga TBS di tingkat pabrik hanya sebesar Rp 905/kg.

“Harga tersebut ditetapkan oleh manajemen, bukan kemauan saya. Saya pribadi sangat ingin harga sawit normal lagi, sebab saya juga petani sawit. Tapi harga ini ketetapan manajemen pusat,” pungkasnya.

 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :