https://www.elaeis.co

Berita / Serba-Serbi /

Setelah Ramai Memprotes, WHO Ralat Banner Kampanyenya

Setelah Ramai Memprotes, WHO Ralat Banner Kampanyenya

Banner WHO seetelah dan sebelum dirubah. foto: ist


Pekanbaru, elaeis.co - Setelah diprotes banyak orang, World Health Organization (WHO) Regional Mediterania Timur akhirnya merubah kampanyenya soal Nutrition for Adults During Covid-19.  

Sebelumnya WHO menyarankan supaya masyarakat menghindari lemak jenuh yang ada pada daging berlemak, mentega, kelapa sawit, minyak kelapa, krim, keju, ghee, dan lemak babi.

Setelah dirubah, tak ada lagi minyak kelapa sawit di sana. Tidak jelas kapan kampanye dalam bentuk banner itu dirubah, sebab tak ada tanggal maupun jam perubahan omongan pada banner di laman http://www.emro.who.int/noncommunicable-diseases/campaigns/nutrition-for-adults-during-covid-19.html itu. Permintaan maaf atas kesalahan pembuatan juga tidak ada. 

Sebelumnya Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia protes dengan banner WHO yang dirilis pada April 2020 itu (lihat gambar)

"Benar-benar keterlaluan WHO ini. Apa enggak ada ahli di sana yang meneliti kandungan apa saja yang ada di sawit itu?" rutuk Ketua Umum DPP Apkasindo, Gulat Medali Emas Manurung. Kandidat doktor lingkungan ini geleng-geleng kepala. 

Mestinya kata ayah dua anak ini, WHO sejalan dengan namanya, organisasi kesehatan dunia yang bisa menyelamatkan manusia. 

Bukan malah berkampanye mematikan negara penghasil Crude Palm Oil (CPO). "Kalau begitu caranya, itu sama saja berusaha mematikan petani," Gulat masih nampak jengkel. 

Baca juga: Apkasindo: WHO Keterlaluan!

"Dan kalau memang minyak sawit tidak baik, sudah dari 72 tahun lalu orang di dunia ini diserang penyakit. Sebab sawit sudah komoditi dunia," sindir Auditor ISPO ini.

Jadi kata Gulat, ada baiknya WHO tidak nyerempet jadi 'humas' Non Government Organizations (NGO) yang selama ini banyak yang tak senang dengan sawit demi mempromosikan minyak nabati lainnya. "Jujur, kami petani tersinggung," tegasnya. 

Tak hanya Gulat yang jengkel dengan artikel WHO itu. Dorteus Paiki, Sekretaris DPW Apkasindo Papua Barat juga merutuk. 

"Kami di Papua Barat mau Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) lho. Ada sekitar 25 ribu hektar yang akan kami PSR kan dengan Dinas Perkebunan. Tiga bulan lalu 120 ribu butir kecambah sudah kami jemput dari PPKS Medan untuk persiapan PSR tahap I yang akan dilaunching akhir tahun ini. Itu semua pakai duit kredit bank. Kalau pasar CPO dunia menjadi terganggu gara-gara omongan WHO itu, sama saja membikin kami menderita. Saya mendukung Apkasindo melayangkan surat protes ke WHO," tegas Paiki.

Jauh sebelum omongan WHO tadi, sederet NGO dalam maupun luar negeri terus-terusan mengecam sawit sebagai perusak lingkungan. 

Pemerintah khususnya kementerian yang mengurusi hutan, sempat terpanjing dengan kampanye tadi. Untunglah kemudian Presiden Jokowi bergegas membikin sederet aturan untuk menata kelapa sawit tadi, demi menunjukkan bahwa di Indonesia, sawit bukan perusak lingkungan.  

Di sisi lain, Guru Besar Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof.Dr.Sri Raharjo merilis bahwa Virgin Red Oil (VRO) yang ada pada minyak kelapa sawit sangat baik meningkatkan immunitas tubuh, khususnya di tengah wabah pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid 19).

Sebab VRO itu mengandung beta karoten atau pro-vitamin A yang 15 kali lebih tinggi dari pro-vitamin A pada wortel. 

Minyak sawit juga mengandung vitamin E (tokoferol) dan tokotrienol tinggi yang berfungsi sebagai antioksidan yang mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh. 

VRO mengandung asam palmitat, asam palmitat ini berperan penting dalam memberikan perlindungan terhadap paru-paru. 

Asam palmitat adalah komponen utama --- mencapai 60% --- dari senyawa fosfolipida yang melapisi dinding bagian dalam rongga alveoli paru-paru. 

Fosfolipida ini berfungsi sebagai surfaktan yang bisa membantu memudahkan pertukaran gas (oksigen dan karbondioksida) dari rongga alveoli ke pembuluh darah atau sebaliknya. 

Abdul Aziz

Komentar Via Facebook :

Berita Terkait :