https://www.elaeis.co

Berita / Internasional /

Setelah 24 Tahun Komitmen Itu

Setelah 24 Tahun Komitmen Itu

Chief Sustainability and Communications Officer SMAF, Anita Neville saat menerima penghargaan dari Menteri Keberlanjutan dan Lingkungan Singapura, Grace Fu. foto: dok. sinar mas


Jakarta, elaeis.co - Sudah epat hari dua penghargaan bergengsi; Supply Chain Management and Business Ethics & Responsibility dan Community and Land Use & Biodiversity itu bertengger di kantor Sinar Mas Agribusiness and Food (SMAF) di kawasan Thamrin Jakarta.

Chief Sustainability and Communications Officer, SMAF, Anita Neville, yang menjemputnya dari Singapura dalam helat Sustainable Business Awards (SBA) 2021 yang ditaja oleh Global Initiatives (GI), perusahaan kelas dunia berumur 15 tahun yang berbasis di Singapura.  

Kalau merujuk pada cerita perjalanan SMAF yang dilayangkan kepada elaeis.co kemarin, sesungguhnya penghargaan itu tak ujug-ujug didapat. 

Semua bermula dari kisah 24 tahun lalu, persis saat SMAF memberlakukan Kebijakan Tanpa Membakar (Zero Burning Policy). Kebijakan itu konsisten dipakai sampai sekarang. 

Baca juga: Menjemput Dua Penghargaan di 'Negeri Singa'

Kebijakan itu rupanya berdampak pada desa-desa sekitar. Lebih dari 90 desa ikut program pencegahan kebakaran. Mereka bahkan mau dilatih jadi pemadam kebakaran lahan. Desa-desa semacam inipun dikenal sebagai Desa Makmur Peduli Api (DMPA). 

Dampak dari program ini nampak moncer, kebakaran dan titik api menurun lima tahun terakhir.

Tak berlebihan jika desa-desa tadi dilebel makmur. Sebab perusahaan juga menjalankan program gimana caranya supaya masyarakat bisa punya pendapatan tambahan dan meningkatkan ketahanan pangan. 
 
Ada 60 masyarakat di masing-masing desa yang dibimbing menjalankan program pertanian organik dan tanaman komersial. 

Program ini memang sengaja dibikin agar masyarakat lokal yakin bahwa untuk kehidupan mereka yang lebih baik, sebenarnya tidak perlu pakai api membuka lahan dan bahkan tidak perlu membuka lebih banyak hutan untuk kebutuhan dasar mereka. 

Upaya-upaya semacam ini tentu sangat berdampak pada menurunnya efek gas rumah kaca (GRK). 

Pun begitu, upaya SMAF untuk sebuah kelestarian ternyata tak berhenti sampai di situ. Sejak 10 tahun lalu, gerakan konservasi sudah dijalankan.

Hasilnya, sudah sekitar 78 ribu hektar konservasi hutan yang dibikin di dalam konsesinya di Indonesia. Luasan area konservasi ini lebih luas dari daratan Singapura. 

Lalu, perusahaan juga melibatkan masyarakat lokal melestarikan sekitar 43 ribu hektar hutan, dan memberi dukungan pemasok untuk melindungi sekitar 100 hektar lainnya.

Nah, sejak dua tahun lalu, SMAF sudah pula  menerapkan pola kemamputelusuran. Pola ini disebut juga dengan Kemamputelusuran Sarana Awal  Transformasi Petani dan Agen (KSATRIA).
 
Di Program KSATRIA Sawit, perusahaan sudah memetakan petani, agen dan pemasok. Kepada mereka ditawarkan dukungan untuk penerapan praktik keberlanjutan mereka. 

Alhamdulillah, lebih dari 80 ribu petani di Indonesia telah berpartisifasi dalam inisiatif ini. 

Jadi, dengan animo petani seperti itu, tak perlu heran bila hingga tahun ini, sudah 95 persen kemamputelusuran hingga ke perkebunan (Traceability to the Plantation) SMAF untuk seluruh rantai pasokannya. 

Kemamputelusuran hingga ke perkebunan ini menjadi landasan yang teramat penting bagi perusahaan untuk mendorong penerapan praktik produksi berkelanjutan, serta memperkuat hubungannya dengan pemasok dari semua lini. 

Semua cerita di atas serius dilakukan lantaran SMAF adalah adalah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit terkemuka di dunia dengan tujuan pengiriman hasil produksi hingga ke lebih dari 70 negara. 

Hingga 30 Juni tahun ini, total luas areal tanam perusahaan yang beroperasi di bawah Golden Agri-Resources (GAR) ini di Indonesia mencapai lebih dari 536.877 hektar. Luasan ini sudah termasuk kebun milik petani plasma. 


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :