Berita / Serba-Serbi /
Sensor Buatan Dosen Unand ini Bisa Deteksi Tingkat Kematangan Buah Sawit
 
                Sensor canggih buatan tim Universitas Andalas bisa menentukan tingkat kematangan sawit. Foto: Unand
Padang, elaeis.co - Dosen Universitas Andalas (Unand) Padang, Dr Muhammad Makky, mengembangkan sensor canggih yang dilengkapi teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk mengetahui tingkat kematangan buah sawit. Hasil pengembangan sensor ini dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam pengelolaan sawit.
Menurut Makky, inovasi tersebut dimulai dari hasil risetnya saat masih menempuh pendidikan S2 di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada 2002.
Makky yang juga menjabat sebagai Direktur Kerja Sama dan Hilirisasi Riset ini menyampaikan bahwa Universitas Andalas telah bekerja sama dengan perusahaan swasta sebagai bagian dari hilirisasi riset yang dikembangkan oleh dosen dan mahasiswa .
"Sensor ini dapat membantu petani sawit dalam menentukan tingkat kematangan buah secara akurat dan tepat waktu. Jadi, petani dapat mengoptimalkan waktu panen dan pengolahannya," jelasnya dalam keterangan resmi Humas Unand, kemarin.
Sensor ini telah diuji coba untuk melihat kinerjanya dalam pengelolahan buah sawit. “Hasil uji coba dapat membantu dalam pengembangan lebih lanjut dan peningkatan kualitas sensor sawit ini,” ujarnya.
Makky mengungkapkan, keunggulan sensor ini terletak pada kemampuannya untuk mengetahui kapan sawit matang, merekomendasi waktu panen yang tepat, hingga posisi tanamnya. “Hal ini menjadikan sensor sawit sebagai solusi yang efektif dalam pengelolaan kebun sawit,” sambung dosen Fakultas Teknologi Pertanian ini.
Dikatakannya, sensor ini juga dapat menjadi solusi bagi petani dalam menentukan harga jual yang lebih baik. “Dengan mengetahui tingkat kematangan buah sawit secara akurat, petani dapat menentukan harga jual yang sesuai dengan kondisi pasar,” ujar Alumnus S3 Asian Institute of Technology Thailand ini.
Menilik cara kerjanya, sensor ini dapat mengukur parameter seperti suhu, kelembaban, rendemen minyak, dan tingkat keasaman pada buah sawit yang juga dilengkapi dengan algoritma kecerdasan buatan untuk menganalisis data yang diperoleh dari pengukuran.
Algoritma ini akan memberikan hasil yang akurat dan dapat dipercaya dalam menentukan tingkat kematangan buah sawit. “Petani atau pengguna sensor buah sawit dapat mengakses hasil pengukuran melalui aplikasi yang terhubung dengan internet,” ujarnya.
Melalui hibah penelitian, tim yang terdiri dari dosen dan mahasiswa Universitas Andalas terus mengembangkan sensor ini dengan memanfaatkan pengembangan teknologi sehingga menghasilkan inovasi yang lebih bermanfaat bagi masyarakat.
"Tim menyempurnakan sensor kematangan sawit tersebut, hingga saat ini telah mencapai pengembangan versi ke 4," ungkapnya.
Sensor kematangan sawit versi ke 4 ini dapat dihubungkan dengan smartphone. Perangkat handphone akan menunjukkan tingkat kematangan sawit, traceability, hingga kapan sawit siap panen.
 







Komentar Via Facebook :