https://www.elaeis.co

Berita / Bisnis /

Semangat Keberlanjutan di Hari Istimewa

Semangat Keberlanjutan di Hari Istimewa

FPKBL dan RSPO meneken nota kesepahaman memajukan dan mempromosikan batik menggunakan produk sawit berkelanjutan pada Hari Batik Nasional di Surakarta, kemarin. Foto: Dok. RSPO


Jakarta, elaeis.co - Dua lelaki itu sumringah sambil berjabat tangan usai meneken kesepahaman di kawasan Surakarta, Jawa Tengah, kemarin. Persis Hari Batik Nasional 2022, sekaligus 13 tahun batik sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO. 

Mahatma Windrawan Inantha sebagai Deputy Director Market Transformation Indonesia mewakili Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dan Alpha Febela Priyatmono, sebagai Ketua Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL).

Fokus kesepahaman itu adalah memajukan dan mempromosikan produk batik Indonesia dengan bahan baku sawit berkelanjutan. Keduanya juga akan mendorong perubahan sistemik proses produksi batik demi menciptakan industri batik yang memperhatikan aspek kelestarian lingkungan.

Dalam siaran pers yang diterima elaeis.co kemarin, ada empat pendekatan yang dibikin untuk mencapai tujuan itu; keanggotaan FPKBL di RSPO; peningkatan kapasitas dan kesadartahuan anggota FPKBL tentang kelapa sawit berkelanjutan; penggunaan produk sawit berkelanjutan bersertifikat RSPO dan turunannya (termasuk namun tidak terbatas pada lilin berbahan dasar minyak sawit); pemasaran produk batik FPKBL berbahan baku sawit berkelanjutan dalam proses pembuatannya.

"Saya menyambut baik kesepakatan ini lantaran tidak hanya menciptakan keselarasan yang lebih erat antara dua industri besar yang mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia, tapi juga menjadi momen transformatif industri batik tanah air yang ikonik menuju produk batik yang keberlanjutan," kata Mahatma. 

Bagi Alpha, seni batik kuno tidak bisa dipisahkan dari identitas budaya Indonesia. "Kami yakin inilah saat yang tepat untuk mengarahkan industri ini dengan sejarahnya yang panjang --- sejak 5000 SM --- dalam menghadapi tantangan keberlanjutan di dunia kita sekarang. Kerja sama kami yang lebih erat dengan RSPO adalah langkah yang selaras dengan menjunjung tinggi komitmen kami memakai produk bahan baku berbasis sawit berkelanjutan bersertifikasi RSPO dalam proses produksi kami,” katanya.

FPKBL sendiri adalah organisasi yang mengelola klaster Kampoeng Batik Laweyan di Jawa Tengah dengan tujuan menjadi pionir mengarahkan industri batik yang menjunjung keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan pasar, keadilan sosial dan ekonomi, serta kelestarian lingkungan. Masyarakat setempat memiliki kesamaan usaha sebagai produsen batik. 

Sejak tahun lalu, lilin berbahan dasar minyak sawit untuk produk batik mulai diperkenalkan di Indonesia. Ini adalah hasil penelitian Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). 

Produk bahan baku turunan sawit; stearin, dipakai sebagai lilin batik yang bisa menghasilkan warna yang lebih tajam dan cerah.

Nah, sebagai bagian dari kerja sama FPKBL dan RSPO, beberapa program akan diimplementasikan secara komprehensif untuk peningkatan serapan bahan baku turunan minyak sawit berkelanjutan itu di pasar domestik.

Transisi menuju penggunaan bahan baku berbasis sawit berkelanjutan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi kemajuan FPKBL sebagai industri kerajinan batik terkemuka, yang bisa menjadi pionir dalam penerapan aspek keberlanjutan di industri batik di Indonesia serta memprioritaskan kelestarian lingkungan dalam praktik bisnisnya.


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :