https://www.elaeis.co

Berita / Serba-Serbi /

Selain Kontribusi untuk Lingkungan dan Ekonomi Lokal, ini Alasan PT HGI Kelola PLTM

Selain Kontribusi untuk Lingkungan dan Ekonomi Lokal, ini Alasan PT HGI Kelola PLTM

Power House PLTM Parmonangan-2. foto: Dok. PT HGI


Jakarta, elaeis.co – PT Hero Global Investment (HGI), perusahaan pengembang listrik swasta (independent power producer/IPP) energi baru terbarukan (EBT), berpartisipasi dalam forum diskusi “Komunitas ESG Indonesia” yang digelar di INDY Bintaro Office Park, Tangerang Selatan, Kamis (31/10).

Forum ini dihadiri para pegiat sustainability, ESG (Environment, Social, Governance), dan green energy. Para panelis yang hadir diantaranya dari akademisi, praktisi, ahli energi hijau Institut Teknologi Bandung (TB), GRI (Global Reporting Initiative), dan Social Investment Indonesia.

PT HGI sendiri, entitas induk yang berkomitmen mendukung pencapaian target Net Zero Emission 2060, bukanlah pendatang baru di bidang EBT. Perusahaan ini mengoperasikan dua unit pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTM) sejak 2017. Keberadaan PLTM Parmonangan-1 berkapasitas 9 megawatt (MW) dan PLTM Parmonangan-2 berkapasitas 10 MW yang berlokasi di Desa Manalu Dolok, Kecamatan Parmonangan, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara, telah memberikan kontribusi bagi perekonomian dan warga setempat.  

HGI melalui anak perusahaannya PT Seluma Clean Energy (SCE) mengelola PLTM Parmonangan-1 dan PT Bina Godang Energi (BGE) mengelola PLTM Parmonangan-2. Proses konstruksi PLTM Parmonangan-1 dimulai awal 2015 dan beroperasi secara komersial (commercial operation date/COD) pada Juli 2017. Sementara itu, konstruksi PLTM Parmonangan-2 dimulai awal 2019 dan beroperasi secara komersial pada Mei 2021. 

Robin Sunyoto, Direktur Utama PT HGI, mengatakan bahwa keberadaan dua PLTM tersebut memberikan efek berganda (multiplier effect) terhadap perekonomian warga setempat.

"Kami bersyukur keberadaan dua PLTM ini memberikan dampak positif terhadap warga. Hal ini sejalan dengan semangat HGI yakni dari mengelola aliran sungai menjadi energi hijau, juga menghadirkan nilai tambah dengan penciptaan green job. Mayoritas karyawan PLTM kami, 70% adalah warga setempat, dari sejak proses konstruksi hingga telah beroperasi saat ini," ungkapnya dalam rilis yang diterima elaeis.co.

Praktik baik tersebut selaras dengan pengamatan Setyo Budiantoro, fellow IDEAS Global Program Massachusetts Institute of Technology (MIT) Amerika Serikat yang menyebutkan bahwa melibatkan komunitas lokal dalam proyek energi terbarukan dapat menciptakan lapangan kerja, mengurangi kemiskinan energi, dan menstimulasi pertumbuhan perekonomian pedesaan.

PT HGI menempatkan investasi strategisnya di  bidang energi baru terbarukan (EBT) sekaligus peningkatan kualitas hidup masyarakat di pelosok pedesaan yang memiliki aliran air dari dataran tinggi untuk menggerakkan turbin sehingga menghasilkan listrik untuk kehidupan yang lebih baik. 

"Keberadaan PLTM Parmonangan-1 dan PLTM Parmonangan-2 memastikan dampak positif yang  konkret dari tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR) yang kami jalankan. Operasional PLTM lebih dari sekadar tentang listrik, lebih jauh dari itu adalah beyond electricity, yaitu manfaat bagi ekonomi dan warga setempat," ujar Robin.

Perusahaan dengan moto ‘Menghasilkan Energi Bersih Bagi Semua' ini membagi manfaat lewat peran CSR di bidang pendidikan dan pertanian serta peningkatan utilitas fasilitas umum untuk warga di sekitar PLTM.   

Terkait pilihan HGI berinvestasi di Sektor EBT,
Robin mengatakan bahwa PLTM mampu memberikan biaya pokok produksi (BPP) per kWh yang kompetitif dan memproduksi listrik yang andal sepanjang tahun. Pembangkit minihidro yang dikembangkan oleh HGI memanfaatkan sumber daya alam berupa aliran sungai dengan skema run-off river sehingga menghasilkan energi bersih untuk peningkatan kualitas kehidupan warga yang dijangkau oleh aliran listrik yang dihasilkan. 
 
Potensi EBT dari hidro di Indonesia berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencapai 95 Gigawatt (GW), tetapi baru dimanfaatkan sekitar 6,7 GW atau 7,1%. Berdasarkan data Dewan Energi Nasional (DEN), per 2022 total kapasitas pembangkit EBT 12.925 MW atau 13,36% dari total kapasitas pembangkit. Sementara komposisi pembangkit EBT terdiri atas air sebesar 7,35%, panas bumi sebesar 5,48%, dan EBT lain sebesar 0,48%. Hal ini menunjukkan bahwa pembangkit hidro masih menjadi yang terbesar dan penopang pembangkit EBT pada saat ini.
 
Robin menambahkan, HGI akan terus mencari lokasi-lokasi potensial aliran air atau sungai di berbagai wilayah Indonesia untuk dimanfaatkan menjadi PLTM/PLTA. "Kata kunci bagi para IPP energi baru terbarukan yang fokus di tenaga air seperti HGI dalam pengembangan PLTM/PLTA adalah daya serap listrik (demand) dan kesiapan gardu induk serta transmisi distribusi. Karena umumnya PLTM/PLTA berada di rural area," tutupnya.

 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :