Berita / Nasional /
Sawit vs Deforestasi: Siapa Sebenarnya Penyebab Hilangnya Hutan di Indonesia?
Jakarta, elaeis.co – Sawit sering disalahkan soal deforestasi, tapi data satelit dan studi ilmiah tunjukkan fakta mengejutkan.
Banyak orang sering bilang bahwa perkebunan kelapa sawit di Indonesia jadi biang kerusakan hutan. Tapi kalau melihat fakta sejarah dan data terbaru, cerita itu ternyata tidak sepenuhnya benar.
Melansir dari berbagai penelitian, hampir semua kebun sawit di Indonesia justru berasal dari lahan yang sudah rusak atau bekas pertanian, bukan hutan asli.
Sejarah mencatat, deforestasi di Indonesia telah terjadi sejak sebelum tahun 1950 dengan luas mencapai 25,5 juta hektar, dan terus meningkat hingga 105,2 juta hektar pada periode 2000–2022.
Sementara itu, penambahan luas kebun sawit pada 2022 tercatat 16,3 juta hektar, hanya sekitar 15 persen dari total deforestasi. Artinya, sawit bukanlah driver utama hilangnya hutan di Indonesia.
Lalu siapa pemilik sisa 89 juta hektar hutan yang hilang? Sejarah menunjukkan sebagian besar berasal dari aktivitas logging besar-besaran pada masa Orde Baru (1969–2000), terutama di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
Lahan hutan yang tergunduli akibat logging kemudian menjadi semak belukar (degraded land), yang kemudian dimanfaatkan untuk program transmigrasi dan pengembangan kebun sawit.
Melansir PASPI 2021 dan studi Jean-Marc Roda (CIRAD, 2019), sekitar 62 persen kebun sawit Indonesia berasal dari lahan terdegradasi, termasuk bekas hutan logging dan semak belukar, sedangkan 37 persen berasal dari lahan pertanian, perkebunan, dan agroforestry.
Studi lain seperti Erniwati et al. (2017) dan Santosa et al. (2020) menegaskan sawit di Indonesia lahir dari konversi hutan menjadi lahan terdegradasi atau lahan pertanian, baru kemudian menjadi perkebunan sawit. Fakta ini menepis klaim sawit sebagai penyebab utama deforestasi.
Selain itu, Pemerintah Indonesia terus menegaskan komitmen tata kelola sawit berkelanjutan melalui Inpres Nomor 8 Tahun 2018 yang melarang pembukaan lahan sawit baru. Regulasi ini memperkuat upaya zero-deforestation dan memastikan pengembangan industri sawit berjalan selaras dengan konservasi lingkungan.
Seiring dengan fakta sejarah dan bukti citra satelit, narasi negatif soal sawit yang selalu dikaitkan dengan deforestasi tampak berlebihan. Justru, sejarah membuktikan bahwa banyak deforestasi terjadi akibat kegiatan ekonomi lain, termasuk industri, pemukiman, dan pertanian non-sawit.
Melansir data dan studi ilmiah tersebut, kini publik dan pembuat kebijakan bisa melihat perspektif baru: perkebunan sawit Indonesia lahir dari lahan terdegradasi, bukan hutan primer, dan industri ini berpotensi mendukung kesejahteraan sekaligus konservasi bila dikelola secara berkelanjutan.







Komentar Via Facebook :