Berita / Iptek /
Sawit Tumbuhan Paling Menyerap CO2?
salah satu sudut perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Foto: aziz
Jakarta, elaeis.co - Dua puluh satu tahun lalu, persis Undang-Undang 41 tahun 1999 tentang Kehutanan lahir, Robert Henson, seorang penulis asal Oklahoma City, Amerika Serikat merilis The Rough Guide to Climate Change.�
Di buku itu dia sebutkan bahwa satu hektar kebun kelapa sawit bisa menyerap 64,5 ton karbon dioksida dan menghasilkan sekitar 18,7 ton oksigen.�
Angka ini lebih besar ketimbang kemampuan satu hektar hutan tropis yang hanya mampu menyerap karbon dioksida sebanyak 42,4 ton dan menghasilkan 7,09 ton oksigen.�
Kalau merujuk angka itu, di Indonesia, Kementerian Pertanian menyebut ada sekitar 16,38 juta hektar kebun kelapa sawit. Sekitar 6,7 juta hektar adalah kebun kelapa sawit rakyat.�
Ini berarti, saban tahun kebun kelapa sawit Indonesia menyerap sekitar 1.056,51 juta ton karbon dioksida (CO2) dan menghasilkan sekitar 306,306 juta ton oksigen (O2).�
Dalam Dialog Nasional bertemakan; Sustainable Energy: Green and Clean yang digelar di Jakarta dua hari lalu, Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), DR (c) Gulat Medali Emas Manurung, menyinggung soal peran besar kelapa sawit itu.��
Oleh kenyataan itu pula lelaki 48 tahun ini mengusulkan supaya perkebunan sawit rakyat dijadikan Hutan Tanaman Energi (HTE), menjadi sumber energi reversible terbesar di dunia.�
Sebab selain punya kemampuan menyerap karbon dan menghasilkan oksigen, sawit rakyat juga sudah ikut menjadi bagian dari ketahanan Energi Baru Terbarukan (EBT) Negara.�
"Kami ingin menegaskan bahwa sawit bukan perusak lingkungan, tapi justru penyelamat lingkungan, menghijaukan lahan terlantar dan kawasan gersang. Sawit telah menjadi multiplier solution paduserasi antara menjaga keseimbangan alam, sosial dan ekonomi," katanya saat didaulat menjadi penanggap dalam dialog yang dihadiri sederet pembicara seperti; Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya Bakar, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, Ketua Komisi VII DPR RI, Sugeng Suparwoto, Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati, Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto dan Wakil Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo itu.�
Apkasindo kata Gulat siap membuktikan apa yang dia klaim itu melalui capaian target SDG's. "Sawit itu ibarat kendaraan double gardan; penjaga lingkungan dan penguat ekonomi sosial," Gulat berumpama.�
Gulat mengurai itu semua lantaran kebetulan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya Bakar merunut soal Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia dan tingkat emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Nasional.�
Dalam NDC-nya, Indonesia membikin target bahwa pada tahun 2030, penurunan emisi GRK mencapai 29% hingga 41%.�
Target 29% itu setara dengan 834 juta ton CO2e. Khusus pada sektor energi, target pengurangan karbon sebesar 314 juta ton CO2e.�
"Angka ini terbagi dalam beberapa sub sektor; energi efisiensi 41,76 juta ton CO2e, EBT 183,66 juta ton CO2e, energi bersih 74,00 juta ton CO2e, fuel switching 9,59 juta ton CO2e, dan agriculture, forestry and other land use (AFOLU) 5,00 juta ton CO2e," kader Partai NasDem itu merinci.�
Usai menerima anugerah Top Profile's Performance Excellence Award 2021 kategori Outstanding Figure And Inspiring Visionary Leader Of The Year 2021 di Bandung Jawa Barat (Jabar) kemarin, Gulat menyebut bahwa capaian serapan CO2 itu sebenarnya sempurna oleh tanaman kelapa sawit yang secara fisiologis dikelompokkan dalam Siklus Calvin C4.�
"Tumbuhan C4 seperti sawit, secara umum melakukan proses fotosintesis 2 tahapan; reaksi terang dan reaksi gelap. Pada proses reaksi terang, energi cahaya dan CO2 dikonversi menjadi energi kimia dan hasil akhirnya oksigen," urai kandidat doktor lingkungan ini.�
Kedua kata Gulat, reaksi gelap. Di sini terjadi reaksi siklik yang pada akhirnya membentuk gula dengan bahan dasar CO2 dan energi.�
"Tanaman C4 mempunyai 2 tipe sel fotosintesis; mesofil dan bundle-sheath. CO2 hasil dari siklus Calvin di bundle-sheath ditangkap kembali dan dipergunakan di mesofil," ujarnya.
Itulah makanya kata Gulat, penyerapan CO2 oleh sawit dua kali lipat dan sangat kuat mengikat CO2 saat proses fotosintesis itu.
Akasia, Kedelai, Kacangan dan kelompok tanaman rapeseed lainnya kata Gulat, serapan CO2 nya jauh di bawah kelompok tanaman C4 seperti kelapa sawit tadi.�
Nah jika kemudian kebun kelapa sawit yang disebut berada dalam klaim kawasan hutan dihabisi kata Gulat, itu sama saja dengan menghilangkan tanaman yang paling banyak menyerap CO2.�
Saat ini ada 2,73 juta hektar kebun kelapa sawit di dalam kawasan hutan. Ini berarti saban tahun kebun ini menyerap 176 juta ton CO2 dan menghasilkan 51 juta ton O2.�
"Kalau kebun sawit ini ditebangi, itu sama saja dengan Negara turut merusak lingkungan. Sebab tanaman yang mampu menyerap 176 juta ton CO2 digunduli," tegasnya.�

Komentar Via Facebook :