https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Sawit Raksasa Kuasai Bukit Panenjoan, Geopark Ciletuh Bisa Kehilangan Identitas

Sawit Raksasa Kuasai Bukit Panenjoan, Geopark Ciletuh Bisa Kehilangan Identitas

Foto ini hanya Ilustrasi


Sukabumi, elaeis.co – Keindahan Geopark Ciletuh Palabuhanratu kini menghadapi ancaman baru. Bukit Panenjoan di Desa Tamanjaya, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, yang selama ini dikenal sebagai kawasan konservasi dan destinasi wisata unggulan, perlahan-lahan ditelan perkebunan sawit raksasa.

Lahan kelapa sawit di kawasan ini tersebar di sejumlah desa dataran tinggi, termasuk Sidamulya, Cibenda, Tamanjaya, dan Mekarjaya. 

Di Desa Tamanjaya sendiri, perkebunan sawit menjangkau area Bukit Panenjoan hingga Cek Dam Kampung Cigaok, tepat di jalur jalan provinsi Tamanjaya-Palangpang, dengan luas sekitar 70 hektare.

“Dulu itu lahan PIR (Perkebunan Inti Rakyat) yang digarap warga. Karena kebutuhan ekonomi, banyak yang menjual ke pengusaha perkebunan. Kebun kelapa ditebang, lalu diganti pohon sawit," sebut salah satu warga. 

Kini, sebagian besar lahan tersebut dikuasai pengusaha asal Lampung, meninggalkan warga lokal sebagai penonton di kampung sendiri.

Tak hanya Tamanjaya, Desa Mekarjaya menjadi yang terluas dengan sawit, mencapai 200 hektare, sedangkan Desa Sidamulya dan Cibenda masing-masing memiliki 50 hektare dan 34 hektare perkebunan. 

Kepala Dusun Tamanjaya, Ujang Supyani, bahkan mengungkapkan bahwa pajak PBB tahun ini belum dibayarkan, menambah catatan kelam tata kelola lahan di kawasan Geopark.

Fenomena ini memunculkan kekhawatiran serius. Geopark Ciletuh, yang dikenal dengan bentang alamnya yang eksotis dan hutan yang masih alami, kini terancam kehilangan identitas. 

Hutan lindung berganti deretan pohon sawit, aliran sungai terancam terganggu, dan destinasi wisata yang semula ramah lingkungan mulai terseret kepentingan ekonomi.

Ahli lingkungan memperingatkan, penguasaan sawit dalam skala besar di kawasan konservasi bisa mengubah ekosistem secara permanen. 

Kerusakan tanah, erosi, hingga hilangnya keanekaragaman hayati menjadi risiko nyata. “Kalau ini terus dibiarkan, Ciletuh bisa kehilangan ciri khasnya sebagai geopark dan daya tarik wisata,” ungkap seorang pemerhati lingkungan yang enggan disebut namanya.

Kasus ini juga menimbulkan pertanyaan soal pengawasan pemerintah dan kepatuhan pajak. Beberapa kepala dusun mengakui bahwa PBB sawit hingga kini belum dibayarkan, menandakan lemahnya regulasi dan pengawasan di lapangan.

Geopark Ciletuh yang dulu menjadi simbol harmoni alam dan manusia, kini dihadapkan pada revolusi sawit raksasa. Jika tren ini terus berlanjut, kawasan ini bukan hanya kehilangan estetika dan ekosistem, tapi juga identitasnya sebagai warisan alam nasional.

Kawasan wisata dan konservasi harus dilindungi lebih ketat, sebelum pohon sawit menutupi setiap bukit dan sungai, meninggalkan sejarah alam yang tak tergantikan.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :