Berita / Nusantara /
IPOC 2025
Sawit Naik-Turun Gara-gara Biodiesel dan El Nino, Begini Trik Biar Tetap Untung
Alain Rival, Senior Project Manager CIRAD.
Nusa Dua, elaeis.co - Harga sawit global sering naik-turun, tak sekadar karena pasar internasional, tapi juga akibat kombinasi kebijakan biodiesel dan cuaca ekstrem.
Di IPOC 2025 Bali, Alain Rival, Senior Project Manager CIRAD, mengingatkan fakta penting dimana sawit menyumbang 35 persen minyak nabati dunia, tapi hanya menggunakan kurang dari 10 persen lahan penghasil minyak.
“Untuk satu ton minyak, sawit hanya butuh 0,26 hektare. Jauh lebih efisien dibanding rapeseed, bunga matahari, maupun kedelai,” katanya.
Namun, efisiensi ini dibayangi sejumlah tantangan. Pertumbuhan perkebunan sawit dunia dua kali lipat antara 2000–2020, tapi adopsi teknologi modern masih rendah.
Digitalisasi, drone, IoT, hingga kecerdasan buatan menjadi kebutuhan mendesak, tapi baru 25 persen petani yang bisa mengaksesnya. Hambatannya klasik yakni konektivitas buruk dan biaya tinggi.
Selain itu, volatilitas harga sawit ditentukan tiga faktor utama. Pertama, tingginya permintaan biodiesel domestik dan global. Program mandatori B50 Indonesia, misalnya, menyerap sebagian besar produksi, menekan pasokan untuk ekspor.
Kedua, cuaca ekstrem seperti fenomena El Niño bisa mengganggu produktivitas panen. Ketiga, fluktuasi nilai tukar membuat pendapatan petani semakin sulit diprediksi.
Sertifikasi keberlanjutan yang masih timpang juga jadi masalah. Dari seluruh kebun rakyat, baru 17 persen yang tersertifikasi. Biaya sertifikasi bisa mencapai USD 30–40 per ton, sedangkan premi harga hanya 3–8 persen. Tanpa struktur yang mendukung, petani kecil sulit naik kelas.
Alain menekankan pentingnya koperasi inklusif yaitu koperasi yang mengelola sertifikasi dan pemasaran mampu meningkatkan pendapatan petani hingga 15–20 persen.
“Petani yang tergabung dalam koperasi bisa berbagi biaya sertifikasi, mendapatkan akses teknologi, sekaligus memperkuat posisi tawar di pasar,” ujarnya.
Strategi lain adalah memanfaatkan data dan teknologi sederhana untuk meminimalkan risiko. Sensor kelembapan tanah, pemetaan lahan dengan drone, dan aplikasi harga pasar bisa membantu petani mengambil keputusan lebih tepat.
Walau belum semua petani mampu mengakses teknologi canggih, langkah-langkah ini menjadi jembatan untuk menjaga keuntungan di tengah pasar yang fluktuatif.
Di tengah tantangan biodiesel, El Nino, dan fluktuasi nilai tukar, kunci bagi petani sawit tetap sederhana: gabung koperasi, manfaatkan teknologi, dan kelola produksi dengan efisien. Dengan trik ini, keuntungan tidak hanya bisa dipertahankan, tapi juga ditingkatkan meski harga sawit global sedang naik-turun.







Komentar Via Facebook :