https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Sawit Diperkirakan Dongkrak Ekonomi Bengkulu 2023, tapi...

Sawit Diperkirakan Dongkrak Ekonomi Bengkulu 2023, tapi...

Ilustrasi-petani kelapa sawit. (Dok. Elaeis)


Bengkulu, elaeis.co - Komoditas kelapa sawit sangat berperan penting dalam mendongkrak ekonomi Provinsi Bengkulu tahun 2023. 

Hal tersebut disampaikan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, Darjana saat berbincang dengan elaeis.co, Minggu kemarin.

"Tahun ini perekonomian Provinsi Bengkulu diperkirakan akan membaik setelah pada kuartal III 2022 tumbuh sebesar 4,37 persen (YoY). Harga komoditas sawit sangat berpengaruh terhadap membaiknya ekonomi Bengkulu tahun ini," ujar Darjana.

Tidak hanya itu, lanjut Darjana, membaiknya produktivitas di hulu di mana program penanaman kembali juga mesti diupayakan guna mendorong produktivitas hasil tanaman.

"Perbaikan tata kelola penyaluran program peremajaan sawit rakyat (PSR) yang berpotensi meningkatkan produksi tandan buah segar sawit juga harus terus diupayakan," ujarnya.

Menurutnya, pembukaan bertahap pintu ekspor CPO dan turunannya melalui Pelabuhan Pulau Baai, juga berpotensi meningkatkan produk domestik bruto Bengkulu.

"Apalagi peluang ekspor cangkang dan CPO tetap tinggi. Sementara saat ini produksi subtitusi minyak nabati Internasional juga mengalami kendala," kata dia.

Kendati begitu, kata Darjana, ada beberapa faktor yang membikin perkembangan ekonomi di Bengkulu terganggu tahun ini.

Seperti, persoalan pupuk yang dapat menggangu produktivitas hasil tanaman kelapa sawit. Melambungnya harga pupuk non subsidi hingga dicabutnya pupuk subsidi untuk tanaman kelapa sawit sejak 2022, beresiko terhadap hasil tanaman petani, khususnya yang swadaya.

Belum lagi kendala realisasi investasi pembangunan pabrik minyak goreng yang mandeg di Bengkulu. Menurutnya, hal itu berisiko terhadap melemahnya ekonomi daerah.

Selain itu, perubahan pola konsumsi barang prioritas masyarakat di tengah tekanan inflasi juga akan menjadi pekerjaan rumah pemerintah daerah.

"Hal itu akan membuat penurunan ekspektasi masyarakat dan pelaku usaha terhadap perbaikan perekonomian," kata Darjana.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :