https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Sawit di Desa Mekar Jaya Sulit Dipanen, Upah Pekerja Membengkak Pula

Sawit di Desa Mekar Jaya Sulit Dipanen, Upah Pekerja Membengkak Pula

Petani di Desa Mekar Jaya memanen sawit pakai pompong karena air banjir terlalu dalam. foto: ist.


Pangkalan Kerinci, elaeis.co - Petani kelapa sawit swadaya di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, tak punya pilihan lain menghadapi bencana banjir kali ini. Saat rotasi jadwal panen tandan buah segar (TBS) tiba, mereka terpaksa berjibaku mengitari kebunnya.

Satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk memanen sawit adalah menggunakan sampan atau pompong. "Kalau mendodos sawit seperti cara biasa, tak bisa lagi," kata Armefri, petani sawit di Desa Mekar Jaya kepada elaeis.co, Rabu (31/1).

"Mau bagaimana lagi, kedalaman air banjir ada yang mencapai 2,5 meter. Kalaulah proses panen dibuat normal, kelimpungan. Bisa-bisa pekerja hanyut atau tenggelam," tambahnya.

Karena ruang gerak terbatas, alhasil TBS yang bisa dipanen menggunakan pompong berkurang drastis dari biasanya. "Hanya di kisaran 500 sampai 800 kilogram dari lahan seluas 4 hektar. Tidak semua tanaman sawit bisa didodos, mayoritas buah terendam banjir," ungkapnya.

"Kalau buah yang matang, banyak. Cuma tidak bisa dipanen semua. Tanaman yang berusia 5 tahun ke bawah sudah tenggelam, yang umur 9 tahun pun hanya sebagian saja yang bisa dipanen," sambungnya.

Karena proses panen makin sulit, tukang panen pun minta upah dinaikkan. "Ongkos panen di situasi banjir ini mencapai Rp 800/kg, biasanya Rp 500/kg. Itu di luar sewa pompong, sehari tarifnya Rp 500 ribu," paparnya.

"Sangat pahit, mau tak mau kalah petani. Bayangkan saja, harga TBS di sini hanya Rp 1.800/kg, hampir separuh untuk pekerja," keluhnya lagi. 

Meskipun terasa berat, Armefri tak berani menawar upah tukang panen. "Yang penting buah matang bisa dipanen dan dijual karena keluarga butuh makan," pungkasnya.


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :