Berita / Nusantara /
Sangat Dibutuhkan, Prodi Proteksi Tanaman Masih Langka di Indonesia
Rektor ITSI Aries Sukariawan (dua kiri) bersama para pakar pada seminar tentang proteksi tanaman dalam pengembangan agribisnis pertanian/perkebunan. foto: Ist.
Medan, elaeis.co - Proteksi tanaman adalah program studi (prodi) yang sangat seksi yang saat ini terus berkembang.
Menurut Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti), prodi proteksi tanaman hanya ada 13 di Indonesia. Di Sumatera Utara baru ada satu dan pertama berdiri di Institut Teknologi Sawit Indonesia (ITSI) Medan.
Data tersebut disampaikan pakar pertanian dari Universitas Medan Area, Prof Dr Retna Astuti Kuswardani.
Ia menjelaskan, proteksi tanaman menjadi aspek penting dalam pengembangan agribisnis pertanian dan perkebunan nasional. Namun berbagai masalah masih dihadapi, di antaranya pembahasan yang belum secara komprehensif namun masih secara parsial. "Melalui ruang akademik semacam ini, akan mampu memberikan solusi dan menghasilkan pengelolaan secara terpadu," tukasnya.
Dalam bidang proteksi tanaman, kini sudah tersedia pengendalian hayati, pengendalian kimia, dan budidaya. Namun untuk database terkait proteksi tanaman, sejauh ini belum begitu lengkap.
"Perlu punya data lengkap tentang hama, faktor pengendalinya, dan potensi yang bisa dikembangkan untuk perkebunan kelapa sawit yang agroekosistemnya lebih stabil dibanding tanaman semusim," paparnya.
Lembaga-lembaga Perhimpunan Fitopatologi Indonesia (PFI) dan Perhimpunan Entomologi Indonesia (PEI), katanya, perlu terlibat dan diharapkan punya peran maksimal dalam menggerakkan proteksi tanaman. "Khususnya dalam penanganan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti hama, patogen, dan gulma yang menyebabkan penyakit tanaman dan mengurangi produktivitas perkebunan," sebutnya.
Dia berharap Prodi Proteksi Tanaman di ITSI terus berkembang. Kehadiran prodi proteksi tanaman satu-satunya di Sumut ini dinilai strategis karena Sumut adalah daerah dengan kebun sawit yang sangat luas. “Jadi diperlukan tenaga kerja dan sumber daya manusia yang unggul bidang proteksi tanaman,” kata Retna yang juga Ketua PEI Cabang Sumut itu.
Prof Achmadi Priyatmojo PhD, Sekjen PFI Indonesia menambahkan, proteksi tanaman diperlukan untuk mengelola agar tanaman seperti kelapa sawit punya produktivitas sesuai harapan. Namun mendapatkan produktivitas tinggi tidak mudah karena serangan OPT bisa menurunkan produksi perkebunan.
"Untuk itu perlu kolaborasi himpunan terkait untuk menangani dan memberikan solusi terhadap penyakit tanaman. Mewujudkan itu, perlu sinergi lembaga terkait di antaranya bidang fitopatologi dan entomologi serta lainnya. Hadirnya prodi proteksi tanaman juga diharapkan akan mampu menemukan strategi dan solusi, khususnya mewujudkan pertanian berkelanjutan," ucapnya.
Rektor ITSI, Aries Sukariawan MP menyampaikan, kerja sama dengan berbagai lembaga akan dibangun dan diteruskan untuk pengembangan Prodi Proteksi Tanaman. "Dukungan banyak pihak diharapkan menjadi inspirasi dan semangat pada aktivitas di prodi dan bidang proteksi tanaman," ujarnya.
Selain proteksi tanaman, ITSI saat ini juga menambah beberapa prodi baru diantaranya sistem informasi, teknik kimia, dan agribisnis.







Komentar Via Facebook :