Berita / Serba-Serbi /
Rusak, Jembatan di Sejumlah Desa di Bengkulu Utara Butuh Perbaikan
Masyarakat memperbaiki jembatan secara swadaya. foto: ist.
Bengkulu, elaeis.co - Jembatan di sejumlah desa di Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu, mengalami kerusakan. Tidak hanya menyebabkan warga kesulitan beraktivitas, jembatan rusak juga mengancam keselamatan.
Godang Manurung, petani kelapa sawit di Desa Pagardin, Kecamatan Ulok Kupai, Bengkulu Utara, termasuk seorang warga yang mengeluhkan kondisi jembatan di desanya. Menurutnya, sudah puluhan tahun masyarakat mengharapkan kehadiran jembatan permanen.
"Hingga saat ini masih berupa jembatan darurat. Padahal banyak petani sawit membutuhkan jembatan permanen agar tidak terkendala membawa hasil panen sawit ke luar desa," katanya, Senin (14/8).
Baca Juga: Mulai Terdampak El Nino, Bantuan Air Bersih Dikirim ke Pelosok
Menurutnya, masyarakat di desa itu merasa dianaktirikan oleh pemerintah kabupaten dan provinsi. "Kepala daerah sepertinya sibuk mengarahkan pembangunan ke daerah tertentu. Tak ada yang peduli dengan kerusakan jembatan gantung di Pagardin, padahal menjadi urat nadi perekonomian masyarakat," tandasnya.
"Kemarin kabarnya ada anggaran Rp 400 miliar dari pemerintah pusat yang diberikan usai kunjungan presiden. 10 persen saja digunakan untuk menangani jembatan di Pagardin, sudah selesai masalah. Nyatanya, mana anggaran ratusan miliar itu?" tambahnya.
Dia khawatir umur jembatan gantung ini tidak akan lama dan terancam rubuh. "Kalau sudah putus, akan banyak yang dirugikan. Anak sulit ke sekokah, yang sakit susah berobat, petani pun repot menjual hasil panen," tukasnya.
Kondisi jembatan gantung di Desa Muara Santan, Kecamatan Napal Putih, Kabupaten Bengkulu Utara, juga sama mengkhawatirkannya. Mencegah jatuhnya korban, pemerintah desa setempat menggerakkan masyarakat bergotong royong memperbaiki lantai jembatan yang terbuat dari kayu yang telah lapuk.
Kades Muara Santan, Hosen Basri mengatakan, warga desa yang rata-rata berprofesi sebagai petani sawit sangat bergantung pada jembatan itu. "Kondisi lantainya sudah parah, membahayakan. Apalagi kalau petani sawit lewat mengangkut TBS," katanya.
Menurutnya, gotong royong sudah sering dilakukan untuk memperbaiki jembatan tersebut. "Bolak balik rusak. Idealnya kontruksi jembatan harus diganti semua, kalau bisa dipermanenkan. Tapi ya itu, kalau pakai anggaran desa, tak mungkin. Yang kami bisa cuma tambal sulam sekedar supaya bisa dilewati saja," keluhnya.
Pemerintah desa sudah sering memohon penggantian jembatan kepada pemerintah daerah melalui Dinas PU Bengkulu Utara. Namun sampai hari ini, kata Hosen, usulan yang ia sampaikan belum direspon.
"Bayangkan, sudah kami sampaikan usulan sejak tahun 2015 lalu, tapi sampai detik ini belum juga ada kabar," pungkasnya.







Komentar Via Facebook :