Berita / Nusantara /
RPN Prediksi Tren Perkebunan 2026: Dari Sawit hingga Teh, Siap-siap Raup Untung Besar!
Ilustrasi - dok.elaeis
Bogor, elaeis.co - Tahun 2026 diprediksi menjadi peluang emas bagi industri perkebunan Indonesia.
PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN) menegaskan fokus pada tiga hal yakni meningkatkan produktivitas lewat peremajaan tanaman dan bibit unggul, mengembangkan produk bernilai ekonomi tinggi, serta menerapkan prinsip ramah lingkungan dan sosial.
Direktur RPN, Iman Yani Harahap, mengatakan kolaborasi antara berbagai pihak sangat penting agar sektor perkebunan tetap kuat dan kompetitif.
Menurutnya, perkebunan tidak hanya jadi pemasok bahan baku industri, tapi juga menyerap banyak tenaga kerja di pedesaan.
“Dengan sinergi yang baik, sektor ini bisa terus berkembang dan tetap berkelanjutan,” ujar Iman saat acara Outlook Komoditas Perkebunan 2026 di Bogor, Selasa (28/10).
Forum ini menyoroti enam komoditas utama yakni kelapa sawit, tebu, karet, kopi, kakao, dan teh. Diskusi meliputi tren pasar, potensi produksi, harga, tantangan, dan peluang bisnis. Informasi ini jadi panduan bagi perusahaan untuk menyiapkan strategi bisnis lebih tepat dan adaptif.
RPN juga siap mendukung lewat penyediaan bibit unggul dan pendampingan teknologi dari hulu sampai hilir, sehingga proses produksi lebih efisien dan kualitas produk meningkat.
Meski peluang besar, sektor perkebunan tetap menghadapi tantangan. Tungkot Sipayung, Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Policy Institute (PASPI), menyebut fluktuasi harga, kenaikan biaya produksi, kebijakan biofuel, dan ekonomi global yang lambat menjadi masalah utama.
Selain itu, isu sosial dan lingkungan, seperti konflik lahan, hak pekerja, kesetaraan gender, cuaca ekstrem, serangan hama, dan degradasi lahan juga perlu diperhatikan. “Contohnya, jamur Ganoderma pada sawit sampai sekarang belum ada obatnya,” jelas Tungkot.
Faktor geopolitik dan gangguan rantai pasok global juga bisa menekan pasar, mulai dari proteksi perdagangan hingga ketegangan antarnegara. Tantangan jangka pendek adalah harga pupuk dan komoditas yang fluktuatif, sementara jangka panjang berkaitan dengan pasokan pupuk, stabilitas harga, dan pengembangan bibit unggul.
Dengan semua pemetaan ini, RPN berharap para pelaku industri perkebunan bisa bersinergi, memanfaatkan peluang, dan menghadapi tantangan. Hasilnya, sektor perkebunan Indonesia tetap kuat, berkelanjutan, dan siap meraup keuntungan di tahun 2026.







Komentar Via Facebook :