Berita / Nasional /
Rotasi Besar-besaran di Kementan, Posisi Direktur Sawit Digantikan Sosok ini
Ir Baginda Siagian MSi. foto: Kementan
Jakarta, elaeis.co – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman kembali membuat gebrakan. Sebanyak 25 pejabat eselon di lingkungan Kementerian Pertanian (Kementan) resmi dirombak, yang jadi sorotan adalah posisi strategis Direktur Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma ikut bergeser.
Rotasi ini diumumkan dalam pelantikan pejabat tinggi pratama, yang berlangsung pada Rabu (9/7) di Kantor Pusat Kementan, Jakarta. Pelantikan dipimpin langsung oleh Mentan Amran, sebagai langkah penyegaran struktur birokrasi yang dinamis, adaptif, dan berorientasi hasil.
“Rotasi ini adalah bagian dari strategi besar Kementan untuk memperkuat sistem kerja yang lebih profesional. Kita ingin mempercepat implementasi program prioritas seperti pompanisasi, regenerasi petani, dan hilirisasi hasil,” tegas Amran.
Salah satu yang paling menarik perhatian publik adalah rotasi di Direktorat Jenderal Perkebunan, khususnya pada jabatan Direktur Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma. Jabatan tersebut kini resmi diemban oleh Ir. Baginda Siagian, M.Si., menggantikan Ardi Praptono, SP., M.Agr.
Langkah ini dipandang strategis mengingat sektor kelapa sawit menyumbang lebih dari 15% PDB sektor pertanian nasional dan menjadi komoditas ekspor andalan Indonesia. Perubahan kepemimpinan ini diharapkan mampu menjawab tantangan pengelolaan sawit berkelanjutan, produktivitas lahan rakyat, hingga penguatan hilirisasi industri kelapa sawit.
Baginda, yang lahir di Tapanuli Utara 9 Oktober 1968, dikenal sebagai birokrat dengan rekam jejak panjang di sektor pertanian. Penunjukannya menandai babak baru dalam pengelolaan Master Plan Sawit Indonesia, terutama di tengah upaya pemerintah menggenjot produktivitas, hilirisasi, dan peremajaan sawit rakyat.
Baginda menempuh pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB), mengambil jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, dan berhasil meraih gelar Sarjana Pertanian pada tahun 1992. Semangatnya dalam mengembangkan ilmu tak berhenti di sana. Ia melanjutkan studi Magister Sains di kampus yang sama dan lulus tahun 2000.
Kariernya sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) dimulai pada tahun 2001. Sejak saat itu, Baginda konsisten meniti tangga birokrasi di Kementerian Pertanian, mengisi berbagai posisi strategis. Pada tahun 2022, ia dipercaya menjabat sebagai Direktur Perlindungan Perkebunan dan di tahun yang sama juga diangkat sebagai Direktur Perlindungan dan Penyediaan Lahan di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP).
Tahun 2024 ia memimpin Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan di Medan, sebuah posisi teknis yang sangat krusial dalam menjaga mutu benih dan perlindungan komoditas perkebunan nasional. Pada 14 Februari 2025, ia dipercaya sebagai Direktur Tanaman Semusim dan Tahunan di Direktorat Jenderal Perkebunan.
Di posisi barunya sebagai Direktur Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma, Baginda akan memegang kendali atas beragam program strategis yang menjadi penopang utama keberlanjutan industri sawit nasional. Ia diharapkan mampu mengawal program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) agar berjalan lebih masif dan tepat sasaran, menyasar petani-petani kecil yang lahannya mulai tidak produktif.
Selain itu, ia juga dituntut memperkuat kemitraan antara petani dan pelaku industri, menciptakan ekosistem usaha tani sawit yang adil, transparan, dan saling menguntungkan.
Tak hanya fokus pada sawit konvensional, Baginda juga bertugas mengembangkan diversifikasi Palma Nusantara, mengangkat potensi tanaman palma lokal seperti aren, kemiri sunan, nyamplung, dan lainnya yang selama ini belum tergarap maksimal.
Strategi hilirisasi juga menjadi prioritasnya, di mana ia didorong untuk mendorong akselerasi pengolahan sawit hingga produk turunan bernilai tinggi demi meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global.
Dengan latar belakang kuat di bidang prasarana, perbenihan, perlindungan tanaman, hingga penyediaan lahan, publik menaruh harapan besar bahwa Baginda mampu melahirkan terobosan baru dalam tata kelola sawit yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Keberadaannya dianggap sebagai energi segar yang dibutuhkan untuk mengarahkan industri sawit Indonesia ke jalan transformasi yang lebih holistik.







Komentar Via Facebook :