https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Risiko Kredit Macet Rendah, Industri Sawit Dapat Kucuran Dana Rp 374,1 Triliun

Risiko Kredit Macet Rendah, Industri Sawit Dapat Kucuran Dana Rp 374,1 Triliun

Risiko kredit macet di industri sawit dinilai terjaga baik dan rendah. foto: BWPT/ilustrasi


Jakarta, elaeis.co - Di tengah tekanan pandemi Covid-19 dan ketidakpastian ekonomi global, sektor pertanian menjadi salah satu kontributor utama dalam perbaikan indikator makroekonomi domestik serta pengungkit kinerja ekspor. Sektor ini memberikan kontribusi terbesar ketiga bagi Produk Domestik Bruto (PDB), yaitu 12,91% pada triwulan III-2022. 

Nilai ekspor non-migas hasil sektor pertanian tercatat naik 19,32% (yoy) pada September 2022 yang didukung oleh kinerja subsektor perkebunan yang didominasi komoditas kelapa sawit. Total nilai ekspor produksi kelapa sawit berupa Crude Palm Oil (CPO) Indonesia tercatat sebesar USD 20,41 miliar sepanjang Januari sampai dengan September 2022.

Dalam menjalankan fungsi intermediasinya, industri perbankan telah memberikan perhatian yang cukup besar terhadap pengembangan industri kelapa sawit Indonesia. Berdasarkan Laporan Profil Industri Perbankan Indonesia yang dirilis OJK, porsi penyaluran kredit terkait CPO mencapai 5,96% dari total penyaluran kredit atau setara dengan Rp 374,1 triliun pada September 2022.

"Penyaluran kredit komoditas CPO oleh perbankan didominasi oleh kelompok bank KBMI 4 khususnya pada bank BUMN yaitu sebesar 60,12% atau secara nominal mencapai Rp 224,89 triliun. Kemudian pada bank umum swasta nasional dengan porsi 14,28% atau sebesar Rp 53,40 triliun," demikian isi Laporan OJK dikutip elaeis.co, Senin (9/1).

Besarnya porsi penyaluran kredit oleh kelompok BUMN tersebut sejalan dengan komitmen pemerintah melalui Himpunan Bank-Bank Milik Negara (Himbara) yang siap mendukung penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) di sektor pertanian khususnya pada klaster padi, jagung, sawit, tebu, jeruk, tanaman hias, kopi, dan klaster porang.

Masih menurut laporan tersebut, ditinjau berdasarkan kelompok kepemilikan usaha, penerima kredit CPO didominasi oleh Swasta Non Lembaga Keuangan (Swasta Non-LK) dengan porsi 71,99% atau setara dengan Rp 269,31 trilyun (September 2022). Tingginya porsi penyaluran kredit kepada kelompok Swasta Non-LK sejalan dengan lahan perkebunan sawit nasional yang didominasi oleh perusahaan-perusahaan swasta besar.

Kelompok debitur kredit CPO terbesar kedua yaitu perseorangan yang mencakup petani kelapa sawit rakyat dengan porsi 18,61% atau setara dengan Rp 69,63 trilyun.

"Sebagai salah satu komoditas agribisnis yang berorientasi ekspor, pada umumnya petani kelapa sawit rakyat masih menghadapi keterbatasan akses untuk memperoleh pinjaman dari lembaga jasa keuangan (baik bank maupun non bank) seperti yang dinikmati perusahaan-perusahaan swasta besar," demikian penjelasan terkait jauhnya selisih persentase kelompok debitur.

Berdasarkan data September 2022, penyaluran kredit komoditas CPO masih terkonsentrasi di sisi hulu. Yaitu pada subsektor perkebunan kelapa sawit dengan porsi 73,45% atau setara dengan Rp 274,76 triliun.

Secara umum, risiko kredit CPO terjaga baik dan rendah sebagaimana tercermin dari rasio non performance loan (NPL) yang relatif stabil di kisaran ±1%. Pada September 2022, NPL kredit komoditas CPO sebesar 1,26% atau menurun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1,67%. Penurunan rasio NPL tersebut diikuti dengan rasio Loan at Risk (LaR) yang juga mengalami penurunan menjadi 9,55% (September 2022) dari 13,69% (September 2021).

Meskipun demikian, perbankan tetap menyiapkan pencadangan sebagai langkah antisipasif atas potensi risiko pemburukan NPL sebagaimana terlihat dari coverage NPL yang tumbuh 385,1% (yoy) lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 329,2%.

"Kesiapan bank dalam mengantisipasi risiko dari potensi pemburukan kualitas kredit pada sektor sawit juga cukup baik dengan coverage CKPN terhadap LaR yang meningkat menjadi sebesar 50,72% dari tahun sebelumnya 40,22%," demikian laporan tersebut.
 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :