https://www.elaeis.co

Berita / Lingkungan /

RETN, Strategi KLHK Urai Konflik di Teso Nilo

RETN, Strategi KLHK Urai Konflik di Teso Nilo

Menteri LHK Siti saat mimpin rapat penyelesaian konflik Teso Nilo di Pelalawan. (KLHK)


Pelalawan, elaeis.co - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan, penyelamatan kawasan  konservasi Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) terus dilakukan. Salah satunya melalui Revitalisasi Ekosistem Tesso Nilo (RETN) yang bertujuan menguatkan kerja kolaborasi multipihak.

"Pekerjaan RETN sudah disiapkan rencananya sejak 2016, guna menjaga kawasan hutan yang masih tersisa dan untuk menyelesaikan berbagai konflik serta dinamika yang menyertainya,'' kata Menteri Siti saat melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Pelalawan, belum lama ini.

''Persoalan yang ada di Ekosistem Tesso Nilo menjadi salah satu semangat dan referensi akademik serta evidence based dalam membahas UU Cipta Kerja pada bab kehutanan. Dengan bobot yaitu untuk keberpihakan pada kepentingan rakyat,'' tambahnya.

Siti mengatakan, hingga saat ini beberapa kerja tapak telah dilakukan, termasuk pendataan, pendampingan, kegiatan rehabilitasi, penegakan hukum, penyelamatan satwa, dan lainnya.

Ia juga menyebut, RETN membutuhkan dukungan dan keterlibatan aktif banyak pihak yang bertujuan untuk menyelesaikan konflik yang sudah terjadi lama di lahan bekas HPH tersebut.

''Tentu dengan dukungan dan kerja kolaborasi yang sangat kuat, implementasi kebijakan yang berpihak untuk rakyat akan dapat jadi lebih cepat,'' kata Menteri.

Ekosistem Tesso Nilo merupakan kesatuan kawasan penting dan bernilai konservasi tinggi yang masih bertahan di Provinsi Riau. Ekosistem Tesso Nilo terdiri atas 3 kawasan penting dengan status konservasi TN Tesso Nilo seluas 83.069 hektare dan kawasan Hutan Produksi eks HPH Siak Raya Timber seluas 38.560 hektare, serta eks HPH Hutani Sola Lestari seluas 45.990 hektare.

Di sekitar Ekosistem Tesso Nilo juga terdapat 23 desa yang tersebar di 4 wilayah administrasi Kabupaten Kampar, Pelalawan, Indragiri Hulu dan Kuantan Singingi.

Ekosisten Tesso Nilo tidak hanya menyimpan banyak kekayaan flora dan fauna endemik Indonesia di Pulau Sumatera, tapi juga menyimpan banyak masalah. Kawasan ini mengalami tekanan dari pembalakan liar, penguasaan sepihak, karhutla, alih fungsi lahan, dan masalah lingkungan lainnya jauh sebelum diresmikan sebagai Taman Nasional pada 19 Juli 2004.

''Kerja kolaborasi dari semua pihak akan terus dilakukan sehingga di 2022 kerja RETN sudah bisa mulai terlihat hasil awal, dan semoga pada tahun 2023 masalah kompleks di Tesso Nilo sudah bisa diselesaikan,'' pungkasnya.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :