Berita / Kalimantan /
Rembuk Sawit di Malinau Bahas Pentingnya Edukasi Petani dan Kualitas Bibit untuk Produktivitas
Sekda Malinau Ernes Silvanus bersama OPD mengikuti rembuk sawit bersama PPKS Kalimantan Utara di Desa Paking. Foto: Diskominfo Malinau
Malinau, elaeis.co – Pemkab Malinau, Kalimantan Utara, bekerja sama dengan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) menggelar rembuk petani sawit yang dipusatkan di kebun sawit milik Daniel Sakai di Desa Paking.
Sekretaris Daerah (Sekda) Malinau, Dr. Ernes Silvanus, hadir langsung dalam kegiatan rembuk tersebut bersama sejumlah kepala dinas dan perangkat daerah terkait.
Rembuk tersebut menjadi ajang diskusi antara petani dan pemerintah daerah dalam membahas upaya peningkatan hasil sawit berbasis edukasi dan penggunaan bibit unggul yang sesuai dengan karakteristik wilayah.
Pada kesempatan itu Silvanus menyampaikan pandangannya soal pentingnya edukasi langsung kepada petani sawit melalui kegiatan semacam rembuk ini.
“Saya apresiasi semangat Bapak dan Ibu pekebun, terlebih kegiatan seperti ini menjadi sarana edukasi langsung. Saya hadir bersama Kepala Bappeda dan Litbang, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, serta perwakilan Dinas Pertanian dan Perkebunan agar dapat langsung mendengar dan menindaklanjuti aspirasi petani,” jelasnya Ernes dalam keterangan resmi Diskominfo Malinau dikutip Jumat (8/8).
Dia juga menyampaikan pengalaman pribadi dalam hal pemilihan bibit yang tidak sesuai dengan lokasi tanam, yang berdampak pada hasil jangka panjang.
“Saya pernah mengalami sendiri, menanam durian sejak tahun 2009 sampai sekarang belum berbuah. Ini menjadi pelajaran penting bahwa bibit unggul dan sesuai sangat menentukan,” katanya.
Selain membahas bibit, Sekda juga menyinggung kelangsungan program pemerintah daerah di sektor pertanian dan perkebunan, khususnya program RASDA.
“Program RASDA tetap kita anggarkan, bahkan harga beli gabah kita di atas rata-rata nasional. Jadi kalau ada keluhan, itu lebih pada oknum, bukan pada program,” ucapnya.
Ia menyoroti pola pikir petani yang masih cenderung pasif dan menunggu hasil dari petani lain sebelum bertindak, sehingga perlu didorong perubahan sikap. “Kita ini sering seperti murid-murid Thomas, harus melihat dulu baru percaya. Kalau belum lihat hasilnya, belum percaya,” ujarnya.
Lebih lanjut, Sekda juga mengingatkan bahwa berpindah-pindah komoditas karena ikut tren justru bisa menghambat produktivitas jangka panjang. “Dulu ramai-ramai tanam lada, vanili, karet, kopi, lalu berganti ke sawit karena tidak siap menghadapi tantangan. Ini yang harus kita hindari,” jelasnya.
Di akhir pertemuan, Sekda menyampaikan apresiasi terhadap Daniel Sakai yang telah membuka lahannya untuk kegiatan rembuk sawit dan pembelajaran lapangan.
“Kalau bisa belajar langsung di sini, tidak perlu jauh-jauh ke Medan. Kita dukung kalau memang ini bisa jadi tempat studi lapangan petani sawit lokal,” tutur Sekda.
Kegiatan rembuk ini menjadi salah satu bentuk pendekatan langsung pemerintah daerah kepada petani sawit dengan melibatkan berbagai pihak teknis untuk mendengar masukan langsung di lapangan.
Acara yang berlangsung di kebun sawit lokal ini dihadiri oleh petani dari sejumlah desa di Malinau dan mendapat respons positif dari peserta yang hadir.
Pihak PPKS perwakilan Kalimantan Utara yang turut terlibat dalam rembuk juga berperan dalam memberikan masukan teknis terkait pemilihan bibit dan pengelolaan kebun sawit berkelanjutan.







Komentar Via Facebook :