https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Rebut Kuota Pupuk, Petani Sawit Didorong Bentuk Kelompok

Rebut Kuota Pupuk, Petani Sawit Didorong Bentuk Kelompok

Ilustrasi gudang pupuk (Facebook)


Jakarta, Elaeis.co - Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, mendorong petani kebun kelapa sawit di daerah ini membentuk kelompok tani sebagai persyaratan untuk mendapatkan pupuk subsidi.

“Petani bentuk kelompok tani terlebih dahulu, setelah itu menyusun rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK) untuk mendapatkan pupuk subsidi,” kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko, Apriansyah, dikutip Antara.

Pernyataan itu dia ungkapkan menanggapi keluhan masyarakat petani kebun kelapa sawit terkait mahalnya harga pupuk non subsidi di kios pupuk yang tersebar di daerah ini.

Ia mengatakan, harga pupuk baik subsidi maupun non subsidi mengalami kenaikan sejak beberapa bulan terakhir. Tetapi harga pupuk subsidi masih lebih murah dibandingkan harga pupuk non subsidi.
 
“Harga pupuk subsidi lebih murah, tapi ada kuotanya dan itu terbatas,” jelasnya.

Terkait dengan kenaikan harga pupuk, ia berharap pemerintah pusat melakukan intervensi karena kondisi saat ini cukup memberatkan petani.
 
Petani kelapa sawit di Kecamatan Air Manjuto, Rohin, mengeluhkan mahalnya harga pupuk non subsidi. Menurutnya, harga naik hampir mencapai 100 persen.

“Mungkin baru sekarang ini harga pupuk non subsidi di daerah ini naik secara signifikan, yakni sebesar Rp 200 ribu per sak isi 50 kilogram. Harga pupuk KCL Mahkota mencapai Rp480 ribu/sak, sebelumnya Rp280 ribu/sak. Pupuk jenis TSP Rp500 ribu/sak, sebelumnya Rp290 ribu/sak. Begitu juga dengan pupuk jenis lain, mengalami kenaikan dibandingkan sebelumnya,” ungkapnya.

Ia berharap harga pupuk non subsidi yang dijual oleh pedagang bisa kembali stabil seperti sebelumnya.

“Kami berharap agar pemerintah turun tangan mengawasi harga pupuk yang semakin hari terus naik,” ucapnya.

Menurutnya, meskipun harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di daerah ini mengalami kenaikan, namun hasilnya tidak terasa karena biaya operasional untuk membeli pupuk juga mengalami peningkatan.
 
“Harga sawit di tingkat petani sudah Rp 2.100 per kilogram. Tetapi saat harga sawit naik, harga pupuk juga naik signifikan,” keluhnya.



 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :