Berita / Nusantara /
Ratusan Guru Dapat Pencerahan Tentang Sawit
Sosialisasi dan Expo Sawit Baik di Jepara. foto: ist.
Jakarta, elaeis.co - Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menggelar Sosialisasi dan Expo Sawit Baik yang diikuti ratusan anggota Persatuan Guru Seluruh Indonesia (PGSI) Jepara, Jawa Tengah.
Pembicara di Sosialisasi bertema Hilirisasi Produk Turunan Kelapa Sawit untuk Kebangkitan Ekonomi Rakyat tersebut yakni Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Drs H Fathan Subchi dan Kepala Divisi Perusahaan BPDPKS Achmad Maulizal Sutawijaya.
Fathan mengatakan bahwa saat ini Indonesia merupakan produsen sawit terbesar di dunia dan posisi kedua ditempati Malaysia.
"Berdasarkan proyeksi United States Department of Agriculture (USDA), produksi CPO Indonesia bisa mencapai 45,5 juta metrik ton (MT) pada periode 2022/2023, dan produksi CPO Malaysia 18,8 juta MT," ungkapnya melalui keterangan resmi BPBPKS, Rabu (19/4).
Menurutnya, produksi CPO ini harus sebesar-besarnya dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat. "Melalui Menteri Keuangan, kami di Komisi XI DPR RI mendorong agar tata kelola sawit nasional bermanfaat bagi kebangkitan ekonomi rakyat. Petani sawit mesti mendapatkan harga yang baik bagi peningkatan kesejahteraannya," katanya.
Sekretaris FPKB DPR RI ini menambahkan, produk minyak kelapa sawit dan turunannya sudah diolah menjadi bahan pangan berupa margarin, shortening, frying fat, coating fat, coffee whitener, pengisi susu, hingga krimmer biscuit sehingga memberikan nilai ekonomi yang lebih baik.
“Minyak sawit juga bisa diolah menjadi biodiesel yang dapat menggantikan bahan bakar fosil yang makin menipis ketersediaannya. Dengan bahan bakar kendaraan yang ramah lingkungan, akan mengurangi pencemaran udara dan menjadikan Indonesia menjadi salah satu negara berbasis ekonomi hijau (green-economic) yang berkelanjutan," tukasnya.
Maulizal juga menekankan bahwa sawit berperan penting bagi perekonomian Indonesia. Peremajaan kelapa sawit di Indonesia juga akan menjaga kelangsungan industri oleokimia, antara lain berupa fatty acids, fatty alcohol dan glycerin, dan biodiesel.
“Indonesia dengan letak geografis yang berada di garis katulistiwa kurang dari 4 derajat lintang utara dan 4 derajat lintang selatan, sangat cocok bagi kelapa sawit. Untuk itu, Indonesia perlu menjaga ketersediaan pasokan minyak sawit agar produk turunannya bisa memacu kebangkitan ekonomi rakyat pasca pandemi covid-19," kata Maulizal.
Dalam sesi tanya jawab, Arif Ismono, seorang guru swasta anggota PGSI dari Pecangaan mempertanyakan mengapa harga minyak goreng bermerek harganya mahal padahal Indonesia produsen terbesar sawit terbesar di dunia.
“Walaupun sudah ada minyak goreng subsidi, tetapi harganya juga dirasakan memberatkan," kata Arif.
Menanggapi hal tersebut Maulizal menyebut perlu dikembangkan minyak sawit merah yang dihasilkan dari perkebunan rakyat. “Jika minyak sawit merah diproduksi rakyat secara massal, harganya hanya antara Rp 8.000 sampai Rp 9.000," pungkasnya.







Komentar Via Facebook :