Berita / Bisnis /
Pupuk Memicu Ladang Mafia
Ketua Bidang Advokasi dan Hukum DPW Apkasindo Jambi Dhermawan Harry Oetomo. Ist
Jambi, elaeis.co - Selain ditingkatkannya besaran pungutan ekspor CPO, saat ini kondisi harga pupuk yang menjulang ke langit juga masih membebani petani kelapa sawit di Indonesia. Terlebih lagi petani swadaya yang secara mandiri merawat kebun kelapa sawitnya.
Sebetulnya menurut Dhermawan Harry Oetomo tingginya harga pupuk saat ini menjadi momentum yang tepat bagi para produsen dalam negeri untuk menggenjot produksinya. Sebab tentu akan menjadi pilihan bagi petani ketimbang pupuk import yang harganya melambung tinggi.
"Pupuk kita kan import semua, nah ini waktu yang tepat bagi pabrik pupuk dalam negeri menunjukkan taringnya dengan memproduksi pupuk yang berkualitas," kata pria yang menjabat sebagai Ketua Bidang Advokasi dan Hukum DPW Apkasindo Jambi, Jumat (25/3/2022).
Harry mengatakan potensi pasar pupuk dalam negeri saat ini masih terbuka lebar jika memang mau dimanfaatkan oleh pabrik pupuk yang ada. Namun dengan catatan mengutamakan kualitas.
Bukan hanya pangsa pasarnya, bahan baku juga hampir seluruhnya tersedia tanpa harus import dari negara lain. "Sekarang ini hanya tinggal komitmen dari pabrik-pabrik yang ada. Kalau kualitas gak bagus gimana mau jual?" katanya kepada elaeis.co.
Namun salah satu kendala yang dihadapi para pabrik tadi kata Harry adalah persaingan yang bisa dikatakan tidak sehat antara pabrik-pabrik yang ada.
salah satu contoh kasus, terdapat satu pabrik yang justru memborong bahan baku hingga pabrik lain tidak mendapatkan bahan baku untuk membuat pupuk tadi. Di sisi inilah Harry menilai ada permainan tidak sehat dar sejumlah oknum tak bertanggung jawab.
"Ini ladang mafia. Ada penawaran yang bagus," tuturnya.
Meski jika diproduksi harganya tetap akan tinggi, namun potensi pasar yang luas pupuk produksi dalam negeri tetap dapat menjadi pilihan petani. "Kelas subsidi saja naik semua apalagi yang non subsidi," tandasnya.

Komentar Via Facebook :