https://www.elaeis.co

Berita / Kalimantan /

Punya Kebun Sawit Terluas di Indonesia, DBH Sawit Kotawaringan Timur Makin Anjlok

Punya Kebun Sawit Terluas di Indonesia, DBH Sawit Kotawaringan Timur Makin Anjlok

Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Kotim, Alang Arianto (tengah). foto: Diskominfo


Sampit, elaeis.co –  Alokasi Dana Bagi Hasil (DBH) Sawit yang diterima Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah, turun drastis.

Pertama kali menerima DBH Sawit pada tahun 2023, Kotim menerima dana sebesar Rp 46 miliar. Tahun berikutnya, jatah DBH Sawit Kotim turun menjadi Rp 41 miliar. Tahun ini, penerimaan Kotim dari DBH Sawit makin anjlok, hanya Rp 16 miliar atau dipangkas hampir dua pertiga.

Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Kotim, Alang Arianto mengatakan, penurunan alokasi DBH Sawit dari pemerintah pusat disebabkan oleh sejumlah faktor. Yang paling berpengaruh besar adalah penurunan produksi sawit Kotim.

“Tahun 2024, pertumbuhan di bidang pertanian khususnya perkebunan tercatat minus 0,19 persen. Melihat angka ini, wajar jika penerimaan DBH Sawit Kotim turun,” ungkapnya dalam pernyataannya dikutip elaeis.co Sabtu (1/3).

Dari sisi luas lahan, menurutnya, Kotim memiliki perkebunan sawit mencapai hampir 460.000 hektare. Ini menempatkan Kotim sebagai daerah dengan lahan kelapa sawit terluas di Kalimantan Tengah, bahkan di Indonesia.

Sayangnya, produksi lahan sawit di Kotim saat ini tidak bisa maksimal. Menurutnya, ada dua penyebab utama seretnya produksi sawit Kotim. Pertama, banyak perusahaan kelapa sawit sedang melakukan replanting atau tanam ulang dalam skala besar dan hingga kini sawit yang baru ditanam belum menghasilkan.

"Ini sangat berpengaruh pada produksi, karena tanaman baru belum bisa menghasilkan," terangnya.

Penyebab kedua yakni konflik lahan antara perusahaan dan masyarakat. Sering kali pertikaian dan klaim lahan dibarengi dengan pemortalan oleh masyarakat sehingga pihak perusahaan tidak bisa memanen kelapa sawit. “Kalau pemanenan tidak bisa dilakukan secara maksimal, otomatis produksi berkurang,” tukasnya.

Dia menambahkan bahwa perhitungan DBH Sawit didasarkan pada produksi, bukan melihat luas Hak Guna Usaha (HGU) perkebunan sawit. Artinya, jika produksi terganggu, akan berdampak langsung pada penerimaan DBH sawit masing-masing daerah.

“Kotim sangat bergantung pada sektor sawit. Hampir 60 sampai 70 persen perekonomian Kotim bergantung pada sawit, lebih besar dari kontribusi sektor pertambangan,” pungkasnya.

 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :