Berita / Nasional /
Proyek Rendah Karbon Terus Dikembangkan Bantu Pencapaian Target NZE
Ujicoba Green Avtur J 2.4, bahan bakar pesawat berbasis kelapa sawit, pada pesawat CN 235. Foto: Kementerian ESDM
Jakarta, elaeis.co - Berdasarkan dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) terbaru, Indonesia menaikkan target pengurangan emisi menjadi 31,89% di tahun 2030 mendatang dengan target dukungan internasional sebesar 43,20%.
Terkait dengan hal itu, Pertamina terus berupaya mengokohkan diri menjadi pilar transisi dengan menjalankan komitmen mengurangi produksi emisi dan secara konsisten mengembangkan beberapa proyek emisi rendah karbon.
Pjs Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Heppy Wulansari mengatakan, Pertamina terus berperan aktif dalam upaya mitigasi emisi global dan pencapaian target net zero emission (NZE) di tahun 2060 atau lebih cepat.
Kemajuan berbagai inisiatif yang dijalankan terlihat nyata. Diantaranya, Pertamina telah mengimplementasikan penggunaan energi surya di beberapa wilayah operasi seperti Dumai, Cilacap, dan SPBU Green Energy dengan kapasitas 1-2 MW.
"Pertamina juga mulai melakukan terobosan peningkatan kapasitas energi surya yang lebih besar untuk memasok kebutuhan Proyek Rokan hingga 25 MW," sebutnya dalam keterangan resmi Humas Pertamina.
Pertamina, lanjutnya, juga terus melakukan inisiasi rendah karbon pada megaproyek GRR Tuban serta memasok energi dari pembangkit listrik LNG dengan kapasitas 570 MW.
“Meski tantangan pandemi masih ada, Pertamina telah membukukan pencapaian signifikan melalui beberapa tonggak pencapaian atau milestone proyek rendah emisi di tahun 2021 dan 2022,” ujarnya.
Milestone lain yang telah dicapai pada transisi energi adalah pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Jawa-1 dengan kapasitas 1.760 MW dan peluncuran produk green energy berupa Generator Set (Genset) untuk Kendaraan Listrik di Formula E Jakarta (E-Prix 2022).
Di angkasa, Pertamina telah berhasil memproduksi Green Avtur J 2.4 dan telah diujicobakan pada pesawat CN 235.
“Bioavtur merupakan bahan bakar pesawat berbasis kelapa sawit yang terbukti memberikan kinerja setara dengan bahan bakar penerbangan berbasis fosil namun dengan emisi karbon yang lebih rendah,” paparnya.
Di sektor kilang, Pertamina terus mengembangkan Bio Refinery di Cilacap yang telah berhasil memproduksi Bioavtur dari Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) dengan kapasitas 2.500 – 3.000 barel per hari dan akan ditingkatkan menjadi 6.000 barrel per hari.
Dalam waktu dekat, Kilang Plaju juga akan menyusul dengan produksi BioAvtur dari minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) dengan kapasitas lebih tinggi yakni hingga 20.000 barel per hari.
“Dengan dukungan stakeholder, Pertamina berkomitmen akan terus menjadi pilar transisi energi di Indonesia sejalan dengan tren dunia,” tukasnya.
Direktur Strategi, Portofolio dan Pengembangan Usaha Pertamina, Atep Salyadi Dariah Saputra menambahkan, Pertamina menargetkan pengurangan Karbon Dioksida (CO2) hingga 81,4 juta ton pada tahun 2060.
“Dekarbonisasi bisnis dilakukan melalui efisiensi energi, peningkatan kapasitas pembangkit listrik ramah lingkungan, pengurangan loss, elektrifikasi armada dan peralatan statik, penangkapan dan penyimpanan karbon (penggunaan sendiri), serta menggunakan armada dengan bahan bakar rendah atau nol karbon,” pungkasnya.







Komentar Via Facebook :