Berita / Sumatera /
Proyek Mubazir Rumah Suku Anak Dalam
Pamplet lokasi perumahan Suku Anak Dalam. foto: Syahrial
Tebo, elaeis.co - Tiga belas tahun lalu, 50 unit rumah papan berukuran 3x4 meter dan dapur 2x4 meter itu nampak rapi tersusun di lahan seluas 1,5 hektar di kawasan Desa Muara Kilis Kecamatan Tengah Ilir, Kabupaten Tebo, Jambi.
Adalah Kementerian Sosial RI yang membangun rumah itu lewat program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (KAT) Tahun I. Tujuannya agar gimana caranya Suku Anak Dalam (SAD) di desa itu punya rumah yang layak.
Tapi sayang, kondisi komplek perumahan itu sekarang sudah tak karuan. Dari jumlah rumah sebanyak tadi, yang tersisa cuma tiga.
Lokasi Perumahan SAD di Desa Muara Kilis Tebo yang sudah berubah jadi kebun kelapa sawit. foto: Syahrial.
"Yang menghuni rumah yang tiga unit itu juga bukan orang SAD," kata salah seorang warga Tebo, Yudi.
Ketua Yayasan Orang Rimbo Kito (ORIK), Ahmad Firdaus mengamini omongan Yudi tadi. Dia bilang, tiga rumah itu ditemani oleh tugu yang menandakan kalau perumahan yang tersisa itu adalah proyek perumahan KAT.
"Di bekas rumah yang pernah ada sudah tumbuh kelapa sawit. Kayaknya baru ditanam. Saya enggak tahu siapa yang menanam itu," ujar Firdaus.
Seingat dia, rumah itu dibangun untuk kelompok Temenggung Apung, Temenggung Tupang Besak dan Temenggung Lidah Pembangun.
Selain perumahan, di komplek itu juga katanya pernah dibangun sekolah alam. Tapi kelompok tadi tak betah di sana dan memilih minggat.
"Pertama lantaran tempat cari makan mereka sangat jauh dan mereka juga belum terbiasa hidup menetap, apalagi tinggal di rumah," katanya.
Yang membikin SAD itu paling tak betah kata Firdaus lantaran rumah yang dibangun Kemensos itu sangat berdekatan.
Lalu kontruksi rumah tadi tak cocok dengan kemauan SAD itu. "Letaknya yang di tengah-tengah perkebunan masyarakat dan perusahaan, membuat mereka sering berkonflik dengan warga desa maupun perusahaan," terangnya.
Sekarang, SAD yang minggat itu kata Firdaus sudah menetap dan berkebun karet maupun kelapa sawit di RT 32 Dusun Wonorejo, Desa Muara Kilis.
"Alhamdulillah ekonomi mereka mulai terbangun. Dari hasil kebun, mereka juga bisa membangun rumah, menyekolahkan anak dan menabung,"katanya.
Walau sudah begitu, Firdaus berharap lahan perumahan yang sudah ditinggal pergi tadi diamankan oleh pemerintah.
Sebab Firdaus juga dapat kabar kalau lahan komplek itu sudah disertifikatkan oleh BPN Tebo. "Jangan dibiarkan begitu saja. Saya khawatir nanti jadi konflik pula," dia mewanti-wanti.


Komentar Via Facebook :